Penjelasan Tentang Unsur-unsur
yang Menciptakan Hakikat Taubat
(2)
3. Sisi Praktis dalam Taubat
Jika dalam taubat ada sisi atau unsur
pengetahuan; yang terwujudkan dalam ilmu tentang maqam Allah SWT dan kebesaran
hak-Nya atas hamba-hamba-Nya, serta nikmat-nikmat-Nya yang banyak atas mereka
pada satu segi, dan pada segi lain pengetahuan tentang bahaya kemaksiatan dan
kesalahan serta pengaruhnya di dunia dan akhirat, serta ia akan menjadi
penghalang antara manusia dan Rabbnya, dan akan menghalangi manusia untuk
mencapai keberuntungan dan keselamatan yang dicarinya:
"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung." (QS. Ali Imran: 185)
Dalam taubat juga ada sisi atau unsur
hati, emosi dan hasrat. Terwujudkan dalam penyesalan yang membakar kayu-kayu
dosa. Air mata penyesalan yang mencuci kotoran kesalahan. Dan cahaya semangat
dan tekad yang benar untuk tidak kembali melakukan kemaksiatan yang telah ia
mintakan taubatnya, sebesar apapun godaan yang ia jumpai.
Dalam taubat juga terdapat sisi atau
unsur praksis yang harus dijalankan, hingga hakikat taubat dapat dipenuhi, serta
ia dapat memberikan hasilnya bagi jiwa dalam kehidupan.
Sisi praksis ini mempunyai dasar, dan
darinya keluar dua cabang, atau barangkali beberapa cabang.
a. Meninggalkan Kemaksiatan Secepatnya
Pokoknya adalah: meninggalkan
kemaksiatan secepatnya. Suatu taubat tidak bermakna jika orang yang bertaubat
itu masih tetap menjalankan kemaksiatan yang ia sesali itu, serta tiddak
meinggalknanya; karena, kalau begitu, apa yang ia taubatkan, jadinya?
Meninggalkan taubat itu dinilai sebagai pekerjaan, karena ia menahana diri dari
kemaksiatan yang ia ingin lakukan, untuk tetap dalam ketaatan. Tidak diragukan
lagi, menahan diri ini adalah pekerjaan, gerak tubuh, serta jihad fi sabilillah.
Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan ) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. al 'Ankabut: 69).
b. Istighfar
Sedangkan dua cabang asal itui adalah,
pertama: istighfar. Dengan pengertian, memintah maghfirah dan ampunan dari Allah
SWT. Seperti dikatakan oleh bapak yang pertama, Adam, dan ibu yang pertama,
Hawa; setelah keduanya makan pohon yang dilarang itu:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al A'raaf: 23)
Seluruh orang yang bertaubat amat
membutuhkan untuk beristighfar, seperti diperintahkan oleh Al Quran dan sunnah
serta dijelaskan oleh kaum salaf saleh.
Mengingat pentingnya istighfar, dan
diulangnya perintah untuk istighfar itu, serta dorongan untuk melakukannya dalam
al Quran dan hadits, maka kami akan khususkan suatu pasal tesendiri tentang hal
itu.
c. Mengubah Lingkungan dan Teman
Cabang kedua adalah: merubah lingkungan
masyarakat yang penuh dengan kotoran, yang ia tempati saat ia melakukan
kemaksiatan dan penyelewengan. Kemudian mencari lingkungan yang bersih dan suci
yang bebas dari penyakit yang berbahaya. Yang kami maksud dengan
penyakit-penyakit itui adalah: penyakit kesalahan, dosa dan penyelewengan. Dan
ini lebih berbahaya dari penyakit badan, dan lebih cepat
pengaruhnya.
Jika pengaruh penyakit anggota badan
berbahaya bagi seorang individu, maka bahaya penyelewengan dan kemaksiatan
mengancam individu dan masyarakat secara bersamaan. Ia tidak hanya bahaya bagi
materi yang tangible (terindera) saja, namun juga terhadap sisi maknawi dan
etika (yang intangible). Ia tidak hanya berbahaya bagi dunia saja, namun juga
terhadap dunia dan akhirat secara bersamaan.
Ini artinya, orang yang bertaubat
hendaknya meninggalkan teman-temannya yang jahat yang mengajaknya untuk
melakukan kemaksiatan dan menarik kakinya ke arah itu. Yang membuat ia terjatuh
seperti mereka. Sehingga ia kemudian turut meminum minuman keras, berjudi,
menggunakan obat bius, memperjual belikan barang yang haram, menerima sogokan,
jatuh dalam tipu daya wanita, bekerja dengan musuh sebagai mata-mata, atau
meninggalkan shalat serta mengikuti syahwat... dan macam-macam kesalahan
lainnya. Oleh karena itu, ia harus mengganti teman-teman yang jahat itu dengan
teman-teman yang baik. Yang dengan melihat mereka saja ia akan mengingat Allah
SWT, pembicaraan mereka mengajak kepada ketaatan kepada Allah SWT , dan
perbuatan mereka menunjukkan kepada jalan Allah SWT.
Orang yang bertaubat harus meninggalkan
menemani "tukang tiup api" untuk kemudian memilih teman "tukang jual minyak
wangi", seperti diajarkan oleh pengajar yang pertama, Rasulullah
Saw.
Pengaruh teman dan shabat bagi manusia
amat besar, seperti diungkapkan oleh para bijak bestari dan para penyair dari
semenjak dahulu kala. Hingga ada penyair yang berkata:
"Tentang seseorang maka janganlah tanyakan dirinya sendiri, namun tanyakan temannya Karena setiap teman dengan temannya adalah sama. "
dan penyair lain
berkata:
"Hati-hatilah dan jangan temani orang yang pencela, karena ia akan menularkan seperti orang sehat tertularkan orang berpenyakit kusta."
Teman ada dua macam: teman yang membawa
engkau menuju surga, dan teman yang menjerumuskan engkau ke dalam neraka. Al
Quran telah menceritakan kepada kita akan bahaya teman jenis terakhir ini.
Karena ia dapat menyesatkan dan menghalangi dari jalan Allah. Dan mungkin
korban-korban mereka baru diketahui di akhirat nanti, ketika tabir kegaiban
telah dibuka, dan manusia melihat hakikat sejara jelas. Allah
berfirman:
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang-orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia." (QS. al Furqan: 27-29).
Oleh karena itu, kita melihat seluruh
teman di dunia menjadi musuh di akhirat. Masing-masing mencela yang lain, dan
satu orang melaknat temannya yang lain, serta mereka saling membebaskan diri
dari masing-masing. Seluruh mereka berkata kepada sahabatnya: engkaulah yang
telah menyesatkan dan membuatku sesat. Kecuali ada satu jenis teman dan kekasih
yang tetap saling mencintai, yaitu orang-orang yang taqwa, yang takut kepada
Rabb mereka, dan azab yang buruk. Allah SWT berfirman:
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. az-Zukhruf: 67)
Dari sini, sebagian ahli suluk dari
kalangan salaf memperingatkan untuk mengganti sahabat. Ketika ia berkata,
"taubat adalah: menyesal dengan hati, bertekad untuk meninggalkan maksiat,
meminta ampunan dengan lisan, menjauhkan maksiat dengan badan, serta menjauhi
teman-teman yang buruk." Ini adalah pandangan pendidikan yang benar dan telah
teruji. Inilah yang telah diperingatkan oleh al Qusyairi dan ia menasehati orang
yang taubat untuk memulai dengan perbuatan ini, yaitu menjauhi teman-teman yang
buruk. Merekalah yang mendorongnya untuk menggagalkan niatnya untuk bertaubat,
serta menganggu tekadnya untuk melakukan ketaatan. [Risalah Qusyairiah :
1/255.].
Ini diperkuat oleh hadits sahih: yaitu
hadits yang berbicara tentang orang yang telah membunuh seratus orang, kemudian
ia bertanya siapa orang yang paling pandai di dunia. Kemudian ia diberitahukan
untuk menemui seorang alim ia berkata kepadanya: bahwa ia telah membunuh seratus
orang, maka apakah ia masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat? Orang alim itu
menjawab: ya, siapa yang yang menghalangi orang untuk bertaubat? Pergilah engkau
ke daerah ini dan ini, karena di sana terdapat orang-orang yang menyembah Allah
SWT, maka beribadahlah kepada Allah SWT bersama mereka, dan jangan engkau
kembali ke kampungmu, karena ia adalah kampung yang buruk... hadits. [Hadits itu
muttafaq alaih dari Abi Sa'id al Khudri. Disebutkan oleh al Mundziri dalam
Targhib wa Tarhib. Lihatlah : al Muntaqa (1936) dan telah disebutkan hadits ini
dengan lengkap pada halaman sebelumnya.]
d. Mengiringi Perbuatan Buruk dengan Perbuatan Baik
Ini adalah cabang lain yang
menyempurnakan dua cabang itu dan memperkuat taubat. Yaitu: mengiringi keburukan
dengan kebaikan, sehingga dapat menghapus pengaruhnya dan membersihkan
kotorannya. Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw kepada Abu Dzarr r.a.
ketika beliau mewasiatkan kepadanya dengan wasiat yang agung ini, dan
bersabda:
"Bertakwalah di manapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya ia akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." [Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmizi dari Abi Dzar. Tirmizi berkata: hadits ini hasan sahih. Dan Al Hakim mensahihkannya atas syarat Bukhari dan Muslim, dan disetujui oleh Adz Dzahabi dan Al Baihaqi dalam Asy-Syu'ab. Dan Ahmad serta Tirmizi dan Al Baihaqi juga Thabrani meriwayatkannya pula Mu'adz. Adz Dzahabi berkata dalam kitab Muhadz-dzab: sanadnya adalah hasan. (Al Faidl: 1/121)]
Yang dimaksud adalah: seorang muslim,
jika ia melakukan maksiat, hendaknya segera mengiringinya dengan kebaikan.
Seperti shalat, shadaqah, puasa, perbuatan yang baik, istighfar, dzikr, tasbih
dan lainnya, dari macam-macam perbuatan yang baik. Seperti firman Allah SWT
:
"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk." [QS. Huud: 114]
Ibnu Arabi berkata: kebaikan akan
menghapus keburukan, baik sebelumnya atau setelahnya. Pelaksanaan kebaikan
setelah keburukan itu lebih baik, karena perbuatan itu lahir dari hati, dan
berpengaruh dengannya. Maka jika ia melakukan kebaikan, itu menunjukkan hatinya
yang baik. Dan jika ia melakukan perbuatan yang baik, itu timbul dari pilihan
hati, sehingga menghapus keburukan yang dilakukan sebelumnya. Pengertian literer
sabda beliau: 'tamhuha' "akan menghapusnya", artinya dosa itu akan lenyap dari
catatan. Ada yang berpendapat: maksudnya adalah, tidak diancam dengan hukuman
atas dosanya itu. [Lihatlah: Faidlul Qadir: 1/120]
Jika kesalahannya itu adalah
membicarakan keburukan orang lain di hadapan seesorang tertentu, maka kebaikan
itu adalah memuji orang tadi dihadapan orang yang diajak berghibah sebelumnya,
atau ia beristighfar kepada Allah SWT baginya.
Jika keburukannya itu adalah mencela
seseorang di hadapan manusia, maka kebaikannya itu adalah menghormatinya,
memuliakannya serta menyebutnya dengan kebaikan.
Orang yang kejahatannya adalah membaca
buku-buku yang buruk, maka kebaikannya adalah membaca al Quran, kitab hadits
serta ilmu-ilmu Islam. Orang yang keburukannya adalah menghardik kedua orang
tua, maka kebaikannya itu adalah dengan berlaku sebaik-sebaiknya dengan keduanya
dan memuliakannya serta berbuat baik kepadanya, terutama saat mereka dalam usia
lanjut.
Orang yang keburukannya adalah
memutuskan silaturahmi, serta berbuat buruk kepada saudara, maka kebaikannya
adalah berbuat baik kepada mereka serta berusaha menjaga persaudaraan, walaupun
mereka memutuskannya, dan memberi mereka walaupun mereka belum pernah
memberi.
Jika keburukannya adalah duduk dalam
tempat hiburan, main-main dan melakukan yang haram, maka kebaikannya itu adalah
duduk di tempat kebaikan, dzikr dan ilmu yang bermanfaat.
Jika keburukannya itu adalah bekerja di
koran yang memusuhi Islam dan para da'inya, maka kebaikannya itu adalah bekerja
di koran yang melawan musuh-musuh Islam itu, dengan menyebarkan berita yang
jujur, serta pendapat yang lurus.
Jika keburukannya adalah mengarang kitab
yang menyesatkan, serta mengajak kepada kemungkaran dalam perkataan dan
perbuatan, menyebarakan pemikiran yang menyesatkan serta mengajak kepada
syahwat, maka kebaikannya itu adalah mengarang kitab yang melawan kecenderungan
itu, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma'ruf, serta melarang
dari kemunkaran.
Barang siapa yang kebaikannya adalah
menyebarkan nyanyian yang merangsang, serta mengundang nafsu yang rendah dengan
segala cara, maka kebaikannya adalah menyebarkan kebaikan, serta mengajak kepada
sifat malu dan menjaga kehormatan diri.
Barangsiapa keburukannya adalah
menzhalimi manusia, memusuhi orang-orang lemah, serta mengganggu kehormatan
mereka dan hak-hak material atau immaterial mereka, maka kebaikan mereka itu
adalah berusaha menegakkan keadilan, berlaku jujur kepada orang yang zhalim,
membela orang-orang yang lemah, dan berusaha memperjuangkan hak-hak
mereka.
Jika keburukannya adalah bergabung
dengan kelompok penguasa yang despotis dan mendukung kebohongan mereka, serta
membantu mereka menjalankan kezaliman mereka terhadap rakyat, maka kebaikannya
adalah membantah orang-orang yang zalim itu sedapat mungkin, serta membuka
kebobrokan mereka di hadapan massa, membongkar kelakuan buruk mereka serta
korupsi yang mereka lakukan, sehingga manusia menjauh dari
mereka.
Inilah kebaikan yang dapat menghapuskan
dosa orang yang melakukan keburukan semampu ia lakukan. Yaitu dengan melawannya,
menghilangkan pengaruhnya, serta membersihkan diri dari pengaruhnya. Yaitu
dengan meniti jalan yang berlawanan dari perbuatan buruk itu, seperti dijelaskan
oleh imam Al Ghazali. Karena orang yang sakit diobati dengan lawannya penyakit
itu.
Seluruh kezaliman yang naik ke hati
dengan kemaksiatan, maka ia tidak dapat dihapuskan kecuali dengan cahaya yang
naik dengan perbuatan baik, yang berlawanan dengan perbuatan buruk itu. Yang
berlawanan adalah yang berpasangan (baik-buruk). Demikianlah hendaknya, seluruh
keburukan dihapuskan dengan kebaikan yang sejenisnya, semampu mungkin. Cara
seperti ini dalam menghapus keburukan, lebih dipercaya dan lebih diyakini dari
pada secara terus menerus menjalankan suatu macam ibadah tertentu saja, meskipun
itu juga pada gilirannya akan menghapus dosanya.
Cara penghapusan dosa dengan lawannya
ini, diperkuat oleh syari'ah. Yaitu al Quran mewajibkan dalam kasus pembunuhan
karena kealpaan dengan membebaskan budak. Karena perbudakan adalah semacam
kematian seseorang, karena ia tidak mempunyai kebebasan. Dengan membebaskan
budak maka terdapat penghidupan maknawi di dalamnya. Karena manusia tidak
mungkin menghidupkan orang secara material dan langsung, maka ia dapat
menghidupkannya secara maknawi, yaitu dengan membebaskannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar