Kasus Memilukan Ummat
Islam:Ahmadiyah Sesat Menyesatkan Malah
Disambut
|
1. Peristiwa yang sangat memilukan Ummat
Islam telah terjadi di negeri ini, Juni-Juli 2000M. Ahmadiyah yang difatwakan
oleh MUI sebagai aliran yang sesat dan menyesatkan, dan dinyatakan oleh Rabithah
Alam Islami (Liga Dunia Islam) di Makkah sebagai aliran kafir di luar Islam,
justru di Indonesia disambut dengan upacara penting oleh Dawam Rahardjo tokoh
ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia), Amien Rais (ketua MPR/ Majelis
Permusyawaratan Rakyat), dan Presiden Gus Dur (Abdurrahman Wahid). Pers pun
berubah jadi corong aliran sesat menyesatkan itu. Hingga pers yang sahamnya
dari Ummat Islam pun justru seakan memelopori menyebarkan kesesatan itu.
Bahkan, ketika dilabrak agar tidak menjadi corong dan penyebar kesesatan pun,
ternyata hanya disikapi dengan memuat sekolom kecil berita yang menunjukkan
sesatnya Ahmadiyah. Demikian pula sebuah majalah yang dulunya ditokohi oleh Buya
Hamka pun kini berbalik memihak pada pemberitaan yang menyambut baik kehadiran
imam aliran sesat dan penerus nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad, dengan menyediakan
halaman-halamannya untuk memberitakan. Sementara itu sama sekali tidak menaruh
perhatian, kecuali sedikit sekali, terhadap berita yang menyuarakan kebenaran,
yakni menunjukkan bahwa Ahmadiyah itu sesat dan menyesatkan..
Upaya LPPI dan Dewan
Dakwah melawan Ahmadiyah
2. Musibah semacam itu menjadi keprihatinan bagi Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam
(LPPI). Sekjen DDII, H Husein Umar menugaskan H Wahid Alwi, sedang Ketua LPPI M
Amien Djamaluddin menugaskan Umar Abduh, Hartono Ahmad Jaiz, Jajat Sudrajat, dan
Farid Ahmad Okbah untuk menyatakan kepada pers dalam konferensi di kantor DDII
Jakarta, Selasa 4 Juli 2000, bahwa Ahmadiyah adalah aliran yang sesat lagi
menyesatkan. Nabinya palsu, kitab sucinya bernama Tadzkirah adalah memalsu dan
membajak Al-Qur’an; dan tempat hajinya pun bukan di Makkah, sedang sang nabi
palsu Mirza Ghulam Ahmad pun tidak pernah berhaji ke Makkah. Bahkan di dalam
kitab suci Ahmadiyah yakni Tadzkirah itu ada wahyu-wahyu suruhan untuk melamar
gadis, ternyata ditolak, lalu turun wahyu lagi bahwa beberapa bulan lagi suami
dan orang tuanya yang laki-laki akan meninggal, maka jandanya nanti akan jadi
isteri Mirza Ghulam Ahmad. Tetapi itu semua tidak terjadi, walau wahyunya tetap
diajarkan, sampai nabi palsunya itu sendiri sampai dicabut nyawanya oleh
Malaikat Maut.
3. Konferensi pers yang dihadiri
wartawan dari 3 stasiun televisi swasta di Indonesia dan 15 wartawan dari media
cetak itu menghadirkan pula mantan da’i Ahmadiyah, Ahmad Hariyadi, yang pernah
menantang bermubahalah (do’a saling melaknat atas yang berdusta) dengan Khalifah
Ahmadiyah Thahir Ahmad dan sampai melabraknya ke London. Kehadiran Ahmad
Hariyadi ke konferensi pers itu guna menjelaskan betapa sesatnya aliran
Ahmadiyah itu.
Dalam konferensi pers itu LPPI
membagikan hasil-hasil penelitian tentang sesatnya aliran Ahmadiyah. Kesesatan
Ahmadiyah itu telah dibukukan dengan judul Ahmadiyah dan Pembajakan
Al-Qur’an. Di samping itu LPPI membagikan slebaran bersisi intisari
kesesatan Ahmadiyah, dan siaran pers tentang protes keras atas kehadiran
Khalifah Ahmadiyah Thahir Ahmad serta adanya tokoh-tokoh Islam Indonesia yang
menerimanya.
Masuk
ke sarang Ahmadiyah dan ditangkap
4. Sebelum diadakan konferensi
pers, LPPI dan Ahmad Hariyadi merencanakan untuk melihat langsung bagaimana
keadaan kegiatan Ahmadiyah se-Indonesia di sarangnya, yaitu Kampus Al-Mubarak di
Parung Bogor Jawa Barat. Tekad menghadiri upacara Ahmadiyah itu dicanangkan
setelah Ahmad Hariyadi yang pernah ditolak ketika ia melabrak Thahir Ahmad ke
London ternyata ditolak pula ketika ia masuk ke Hotel Regent di Kuningan
Jakarta, Juni 2000, untuk menghadiri dialog antar pakar yang diselenggarakan
Ahmadiyah dengan menggunakan forum bernama IFIS yang diketuai M Dawam Rahardjo
seorang tokoh ICMI dan Muhammadiyah. Meskipun demikian, Ahmad Hariyadi bertemu
dengan bekas-bekas temannya dulu di Ahmadiyah, dan ada semacam perjanjian untuk
bisa bertemu lagi. Dari pertemuannya dengan bekas-bekas sesama jama’ah itulah
Ahmad Hariyadi bersama 5 orang berangkat ke sarang Ahmadiyah di Parung, Sabtu
sore, 1 Juli 2000.
Setelah shalat maghrib di Masjid yang
tak jauh dari kompleks Ahmadiyah, rombongan Ahmad Hariyadi sampai di kompleks
Ahmadiyah di Parung Bogor yang keadaannya sangat ramai dengan mobil yang
berderet di sepanjang pinggir jalan, dan ada tempat parkir khusus yang luas agak
jauh dari sarangnya. Ketika mobil rombongan Ahmad Hariyadi diparkir di tempat
parkir, dan diteliti nomornya oleh petugas Ahmadiyah, dirasa agak kejauhan untuk
jalan ke sarang Ahmadiyah, maka mobil dikeluarkan lagi dan mencari tempat parkir
yang dekat dengan sarang Ahmadiyah. Lalu Ahmad Hariyadi dan 4 rekannya (tanpa
menyertakan sopir) masuk ke pintu gerbang dan dipersilakan oleh penjaganya. Atas
pertolongan Allah, 5 orang itu bisa masuk walau tanpa tanda apa-apa, sedang
aslinya penjagaan di pintu gerbang itu tampaknya ketat. Rombongan pun
berkeliling melihat-lihat keadaan. Di sarang Ahmadiyah itu tampaknya dibuat
barak khemah/ tenda di beberapa tempat, sangat luas. Haryadi memperkirakan
barak-barak tenda itu mampu menampung 30.000 orang. Rombongan Ahmad Hariyadi pun
saat itu potret-potret bersama di lokasi sarang Ahmadiyah.
Ketika merasa haus, rombongan Ahmad
Hariyadi beli minum di salah satu tempat penjualan, karena di dalam kompleks itu
siangnya ada pameran yang menjajakan aneka produk Ahmadiyah. Di situ Ahmad
Hariyadi bertemu teman lamanya yang tampak sudah tua, matanya yang satu bijil
(cacat tak sempurna melihat). Orang Ahmadiyah yang matanya cacat itu berkata
sengit terhadap Ahmad Hariyadi, mempersoalkan kenapa bisa masuk. Jawab Ahmad
Hariyadi: “Itu di spanduk-spanduk kan sudah ditulis, “Mencintai semuanya, tak
seorang pun yang dibenci”, jadi kami ya masuk.” Lelaki bijil itu dengan keras
mengatakan: “Kamu tidak mencintai kami, mana bisa kami mencintai kamu. Untuk
semuanya itu kan yang mencintai kami!”
Perdebatan kecil itu ditinggalkan, dan
rombongan Ahmad Hariyadi masuk ke ruang penerangan da’wah Ahmadiyah. Di sana ada
pameran buku-buku Ahmadiyah, siaran televisi Ahmadiyah, dan kliping-klipung
koran yang dipampang berderet-deret. Ahmad Hariyadi pun ketemu temannya, sedang
rekan-rekan Ahmad Hariyadi melihat-lihat buku, ada pula yang beli. “Di situ ada
beberapa wartawan,” kata juru penerangan. Rombongan Ahmad Hariyadi ini lagi
asyik-asyiknya di stand penerangan, tiba-tiba serombongan pemuda keamanan
Ahmadiyah berjumlah 25-an orang datang dan menangkap Ahmad Hariyadi.
“Selamat malam! Anda Bapak Ahmad
Hariyadi, kan?! Saya petugas keamanan di sini! Saya polisi masih aktif. Anda
saya amankan! Daripada nanti akan terjadi yang tidak diinginkan, anda kami
amankan! Ayo datang ke pos keamanan!” kata ketua keamanan yang disebut keamanan
senior, Kolonel Polisi Wiwid.
“Bapak tahu kalau saya Ahmad Hariyadi
dari mana?”
“Dari laporan para anak buah. Pokoknya
ayo sekarang ke pos keamanan!”
Ahmad Hariyadi bersama 4 orang
digiring ke pos, diiringi para petugas keamanan Ahmadiyah yang tampaknya makin
banyak. Sampai di pos keamanan Ahmadiyah, keadaan makin ramai, rombongan yang
ditangkap ini dikerumuni dan diintip oleh ratusan orang Ahmadiyah. Keadaannya
jadi sumpek, halaman dan sekitar pos itu penuh orang. Lalu polisi itu
menginterogasi. Mula-mula dengan nada tegas sekali. Tetapi setelah dijelaskan
bahwa Ahmad Hariyadi ada janji dengan teman-temannya orang Ahmadiyah, maka
kemudian anggota keamanan disebar untuk mencari orang-orang yang ingin ditemui
Ahmad Hariyadi. Satu persatu pun mereka datang, dan berbicara-bicara dengan
Ahmad Hariyadi.
Di pos keamanan Ahmadiyah yang
dilengkapi dengan aneka perangkat komunikasi termasuk walki tolki itu 5 orang
yang ditangkap Ahmadiyah ini disuruh menulis data diri masing-masing dan tujuan
masuk ke kawasan itu. 5 Orang itu adalah: Ahmad Hariyadi mantan da’i Ahmadiyah,
Hartono Ahmad Jaiz dari LPPI/ Dewan Da’wah, Farid Ahmad Okbah dari LPPI/
Al-Irsyad, dan dua pemuda Persis dari Bekasi.
Ahmad Hariyadi pun membagi-bagikan
dokumen surat-surat tentang mubahalahnya dengan Thahir Ahmad. Satu
persatu teman-teman Ahmad Hariyadi diberi dokumen yang sudah disiapkan, 50
eksemplar. Polisi ketua keamanan pun diberi dokumen itu.
Masing-masing yang ditangkap ini
berbicara-bicara dengan orang-orang yang datang ke pos atau petugas di pos itu
sambil menunggu orang-orang yang akan ditemui Ahmad Hariyadi. Da’i-da’i
Ahmadiyah yang kadang sok berbahasa Inggeris terpaksa kalah dalil ketika
berbantahan menghadapi 5 orang yang ditangkap ini di pos itu ketika
mempermasalhkan tentang ajaran Ahmadiyah. Ada juga yang mengakui terus terang
bahwa acara-acara yang diselenggarakan Dawam Raharjo bersama Ahmadiyah itu
didanai/ dibiayai oleh Ahmadiyah. Dana itu diperoleh dari Jama’ah, karena setiap
jama’ah dipungut iuran seperenambelas dari hasil kekayaan masing-masing
perbulan.
Setelah pembicaraan di pos itu
berlangsung 2,5 jam di malam itu, kira-kira jam 10 malam 4 orang yang ditangkap
itu minta pamit pulang ke Jakarta. Sedang Ahmad Hariyadi masih bertahan di
sarang Ahmadiyah, dan bertekad untuk menemui Khalifah Ahmadiyah Thahir Ahmad
esok pagi, Ahad 2 Juli 2000. Namun rupanya suasana di sarang Ahmadiyah itu makin
ramai, karena dokumen mubahalah yang Ahmad Hariyadi bawa dan sebarkan itu
beredar luas di sarang Ahmadiyah itu. Terjadilah ketegangan bahwa ini akan
mengacaukan suasana. Ahmad Hariyadi harus diperkarakan, menurut banyak orang
Ahmadiyah itu. Tetapi ketua keamanan yang polisi itu mengatakan, kalau mau
diperkarakan, itu masalahnya apa? Orang dia ini masuk baik-baik, mau menemui
teman-temannya, jadi kalau mau diperkarakan itu pasalnya apa? Dan slebaran yang
ia sampaikan itu mestinya ya dibaca dulu baik-baik, apa isinya, ucap ketua
keamanan yang mengaku masuk Ahmadiyah sudah 10 bulan ini.
Ketegangan pun makin tampak memanas,
bahkan polisi yang ketua keamanan itu dituduh oleh jemaat Ahmadiyah sebagai
orangnya Ahmad Hariyadi. Akhirnya satu jam setelah kepergian 4 orang yang sudah
kembali ke Jakarta tersebut, Ahmad Hariyadi “dipaksa” pulang oleh jema’t
Ahmadiyah. Tengah malam itu Ahmad Hariyadi diantarkan oleh polisi dan pihak
keamanan itu ke terminal Bogor untuk pulang ke Garut. Dari terminal bus Bogor ke
Garut itu ditempuh perjalanan bus selama sekitar 6 jam. Jadi Ahmad Hariyadi
tidak bisa pula melabrak Thahir Ahmad secara berhadapan muka, walau sudah sampai
di sarang Ahmadiyah di Parung.
Masa
pemerintahan Gus Dur masa berkembangnya aliran-aliran sesat
Aliran yang jelas-jelas sesat menyesatkan itu ternyata di
masa pemerintahan Gus Dur ini justru bisa menghadirkan dedengkotnya ke
Indonesia, yaitu apa yang mereka sebut Khalifah ke-4 atau Imam bernama Tahir
Ahmad dari London, Juni 2000M. Bahkan penerus nabi palsu itu diantar oleh Dawam
Rahardjo (orang Muhammadiyah) untuk sowan/ datang ke Amien Rais ketua MPR,
bekas ketua Muhammadiyah, dan Gus Dur presiden RI, bekas ketua umum NU
(Nahdlatul Ulama).
Tidak hanya itu, Dawam juga menyelenggarakan acara yang
disebut Dialog Pakar Islam, Kamis 29 Juni 2000 di Hotel Regent Jl Rasuna Said
Kuningan Jakarta, dengan menghadirkan Tahir Ahmad sang penerus nabi palsu. Acara
di hotel mewah dan dihadiri para da’i Ahmadiyah itu diselenggarakan Dawam selaku
ketua IFIS (International Forum on Islamic Studies) atas biaya Ahmadiyah,
menurut pelacakan Media Dakwah kepada pihak Ahmadiyah. Orang-orang yang
didaftar sebagai pembicara selain Dawam Rahardjo sendiri adalah Amien Rais
(ketua MPR RI), Tahir Ahmad (penerus nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad), Bahtiar
Effendi (dosen IAIN Jakarta), Moeslim Abdurrahman (sosok yang termasuk
“pembaharu”/ sekuler model Nurcholish Madjid), Nurcholish Madjid (tokoh
sekulerisasi dengan dalih desakralisasi), MM Billah, Azyumardi Azra (Rektor IAIN
Jakarta), dan Masdar F Mas’udi (tokoh NU _Nahdlatul Ulama yang menyuarakan agar
syari’at berhaji terutama wuquf di Arafah jangan hanya pada bulan Dzul Hijjah,
tapi di bulan Syawal dan Dzul Qa’dah pula, agar tidak berdesakan).
Sikap Dawam Rahardjo --yang menjadi “Shohibul Hajat” kehadiran
penerus nabi palsu Tahir Ahmad—dikemukakan oleh Ahmad Hariyadi kepada pihak
LPPI. Ungkap Ahmad Hariyadi: Dawam Rahardjo dengan sikap ketusnya mematikan
hand phone (telepon genggam)nya ketika Ahmad Hariyadi menanyakan tentang
berkas-berkas surat yang dikirimkan lewat sekretaris Dawam, setelah Ahmad
Hariyadi menjelaskan bahwa berkas surat-surat itu adalah mubahalah (do’a
laknat) antara Ahmad Hariyadi dengan penerus nabi palsu, Tahir Ahmad. Hand
phone Dawam Rahardjo tetap dimatikan setelah itu, sampai beberapa kali
dikontak tetap tak bisa, keluh Ahmad Hariyadi yang tampak kesal menghadapi Dawam
Rahardjo seorang pendamping utama kehadiran penerus nabi palsu itu. Akhirnya
Ahmad Hariyadi datang ke tempat Jalsah kaum sesat menyesatkan itu di Parung
Bogor Jawa Barat, dan ternyata di sana kemudian “ditangkap” dan bahkan setelah
itu diantar keluar untuk pulang. Sedang polisi ketua keamanan yang bertugas
mengamankan Ahmad Hariyadi dalam lokasi itu, justru kemudian dituduh oleh
orang-orang Ahmadiyah sebagai orangnya Ahmad Hariyadi, ungkap Ahmad Hariyadi
mengisahkan.
Yang jadi keprihatinan DDII dan LPPI, dihadirkannya
penerus nabi palsu ke Indonesia dan bahkan disambut oleh Dawam Rahardjo, Amien
Rais, dan Gus Dur itu akan mengakibatkan kaburnya pandangan Ummat Islam,
dianggapnya Ahmadiyah itu ajarannya benar. Padahal sudah jelas sesat
menyesatkan, dan bahkan sudah ada contoh nyata dalam sejarah Islam bahwa nabi
palsu itu diserbu habis-habisan oleh Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq dengan
mengerahkan tentara sangat banyak. Sedang panglima yang dikirim pun Khalid bin
Walid sang pedang Allah, setelah Panglima Usamah ternyata kewalahan menghadapi
nabi palsu Musailamah al-Kaddzab dan isterinya, Sajah. Setelah tentara Islam
pimpinan Khalid bin Walid ini menyerbu Musailamah Al-Kaddzab di Yamamah, maka
sang nabi palsu Musailamah terbunuh bersama 10.000 orang murtad. Hingga
sejarawan At-Thabari menyebutkan bahwa belum pernah ada perang sedahsyat itu.
Lha sekarang kok orang-orang yang mengaku
pemimpin Islam malahan menyambut kehadiran penerus nabi palsu. Maka DDII dan
LPPI sangat prihatin, dan mengadakan konperensi pers untuk menjelaskan
kesesatan-kesesatan Ahmadiyah bikinan nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad, dan
sekaligus mengemukakan keprihatinan atas kejadian yang berlangsung
itu.
Ringkasan kesesatan
Ahmadiyah
Dari hasil penelitian LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian
Islam) ditemukan butir-butir kesesatan dan penyimpangan Ahmadiyah ditinjau dari
ajaran Islam yang sebenarnya. Butir-butir kesesatan dan penyimpangan itu bisa
diringkas sebagai berikut:
1. Ahmadiyah Qadyan berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad
dari India itu adalah nabi dan rasul. Siapa saja yang tidak mempercayainya
adalah kafir dan murtad.
2. Ahmadiyah Qadyan mempunyai kitab suci sendiri yaitu kitab
suci “Tadzkirah”.
3. Kitab suci “Tadzkirah”adalah kumpulan “wahyu” yang
diturunkan “Tuhan” kepada “Nabi Mirza Ghulam Ahmad” yang kesuciannya sama dengan
Kitab Suci Al-Qur’an dan kitab-kitab suci yang lain seperti; Taurat, Zabur dan
Injil, karena sama-sama wahyu dari Tuhan.
4. Orang Ahmadiyah mempunyai tempat suci sendiri untuk
melakukan ibadah haji yaitu Rabwah dan Qadyan di India. Mereka mengatakan:
“Alangkah celakanya orang yang telah melarang dirinya bersenang-senang dalam
Haji Akbar ke Qadyan. Haji ke Makkah tanpa haji ke Qadyan adalah haji yang
kering lagi kasar”. Dan selama hidupnya “Nabi” Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah
pergi haji ke Makkah.
5. Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan dan
tahun sendiri. Nama-nama bulan Ahmadiyah adalah: 1. Suluh 2. Tabligh 3. Aman 4.
Syahadah 5. Hijrah 6. Ihsan 7. Wafa 8. Zuhur 9. Tabuk 10. Ikha’ 11. Nubuwah
12. Fatah. Sedang tahunnya adalah Hijri Syamsi yang biasa mereka singkat dengan
HS. Dan tahun Ahmadiyah saat penelitian ini dibuat 1994M/ 1414H adalah tahun
1373 HS. Kewajiban menggunakan tanggal, bulan, dan tahun Ahmadiyah tersendiri
tersebut di atas adalah perintah khalifah Ahmadiyah yang kedua yaitu:
Basyiruddin Mahmud Ahmad.
6. Berdasarkan firman “Tuhan” yang diterima oleh “Nabi” dan
“Rasul” Ahmadiyah yang terdapat dalam kitab suci “Tadzkirah” yang
berbunyi:
Artinya: “Dialah Tuhan yang mengutus Rasulnya “Mirza Ghulam
Ahmad” dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas
segala agama-agama semuanya. (kitab suci Tadzkirah hal. 621).
Menunjukkan BAHWA AHMADIYAH BUKAN SUATU ALIRAN DALAM ISLAM,
TETAPI MERUPAKAN SUATU AGAMA YANG HARUS DIMENANGKAN TERHADAP SEMUA AGAMA-AGAMA
LAINNYA TERMASUK AGAMA ISLAM.
7. Secara ringkas, Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul
sendiri, kitab suci sendiri, tanggal, bulan dan tahun sendiri, tempat untuk
haji sendiri serta khalifah sendiri yang sekarang khalifah yang ke 4 yang
bermarkas di London Inggris bernama: Thahir Ahmad. Semua anggota Ahmadiyah di
seluruh dunia wajib tunduk dan taat tanpa reserve kepada perintah dia. Orang di
luar Ahmadiyah adalah kafir, sedang wanita Ahmadiyah haram dikawini laki-laki di
luar Ahmadiyah. Orang yang tidak mau menerima Ahmadiyah tentu mengalami
kehancuran.
8. Berdasarkan “ayat-ayat” kitab suci Ahmadiyah “Tadzkirah”.
Bahwa tugas dan fungsi Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul yang dijelaskan
oleh kitab suci umat Islam Al Qur’an, dibatalkan dan diganti oleh “nabi” orang
Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad.
Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan bunyi kitab suci
Ahmadiyah “Tadzkirah” yang dikutip di bawah ini:
8.1. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab suci “Tadzkirah”
ini dekat dengan Qadian-India. Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan
dengan kebenaran dia turun”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.637).
8.2. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”:
Artinya:
”Katakanlah –wahai Mirza Ghulan Ahmad- “Jika kamu benar-benar mencintai Allah,
maka ikutilah aku”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.630)
8.3. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”:
Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau –wahai Mirza Ghulam Ahmad-
kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (Kitab Suci Tadzkirah
hal.634)
8.4. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”:
Artinya: “Katakan wahai Mirza Ghulam Ahmad” – Se sungguhnya aku ini
manusia biasa seperti kamu, hanya diberi wahyu kepadaKu”. (Kitab Suci Tadzkirah
hal.633).
8.5. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”:
Artinya: “Sesungghnya kami telah memberikan kepadamu “wahai Mirza
Ghulam Ahmad” kebaikan yang banyak.” (Kitab Suci Tadzkirah
hal.652)
8.6. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menjadikan engkau -wahai Mirza
Ghulam ahmad– imam bagi seluruh manusia”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.630
)
8.7. Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah” :
Artinya: Oh, Pemimpin sempurna, engkau –wahai Mirza Ghulam Ahmad–
seorang dari rasul–rasul, yang menempuh jalan betul, diutus oleh Yang Maha
Kuasa, Yang Rahim”. [1]
8.8. Dan masih banyak lagi ayat–ayat kitab suci Al-Qur’an yang
dibajaknya. Ayat–ayat kitab suci Ahmadiyah “Tadzkirah” yang dikutip di atas,
adalah penodaan dan bajakan–bajakan dari kitab suci Ummat Islam, Al-Qur’an.
Sedang Mirza Ghulam Ahmad mengaku pada ummatnya (orang Ahmadiyah), bahwa
ayat–ayat tersebut adalah wahyu yang dia terima dari “Tuhannya” di
India.
Dasar
Hukum untuk Pelarangan Ahmadiyah di Indonesia
1. Undang-undang No.5 Th.1969 tentang
Pencegahan Penyalah Gunaan dan/atau Penodaan Agama
menyebutkan;
1.Pasal 1: Setiap orang dilarang dengan sengaja dimuka umum
menceriterakan, menganjurkaan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan
penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan
kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu :
penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.
2.Pasal 4: Pada Kitab Undang–Undang Hukum Pidana diadakan
pasal baru yang berbunyi sbb. : PASAL 56 a : Dipidana dengan Pidana penjara
selama–lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaan atau melakukan perbuatan: a. yang pokoknya bersifat permusuhan.
Penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama di Indonesia. (hal.
87-88)
3. Majelis Ulama Indonesia telah memberikan fatwa bahwa
ajaran Ahmadiyah Qadyan sesat menyesatkan dan berada di luar Islam.
4. Surat Edaran Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor
D/BA.01/3099 /84 tanggal 20 September 1984, a.l. :
2. Pengkajian terhadap aliran Ahmadiyah menghasilkan bahwa
Ahmadiyah Qadyan dianggap menyimpang dari Islam karena mempercayai Mirza Ghulam
Ahmad sebagai Nabi, sehingga mereka percaya bahwa Nabi Muhammad bukan nabi
terakhir.
3. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas kiranya perlu dijaga
agar kegiatan jemaat Ahmadiyah Indonesia (Ahmadiyah Qadyan) tidak
menyebarluaskan fahamnya di luar pemeluknya agar tidak menimbulkan keresahan
masyarakat beragama dan mengganggu kerukunan kehidupan
beragama.
Sikap Negara-negara Islam dan Organisasi
Islam Internasional terhadap Ahmadiyah
1. Malaysia telah melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh
Malaysia sejak tanggal 18 Juni 1975.
2. Brunei Darus Salam juga telah melarang ajaran Ahmadiyah di
seluruh NegaraBrunei Darus Salam.
3. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah mengeluarkan keputusan
bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan tidak boleh pergi haji ke Makkah.
4. Pemerintah Pakistan telah mengeluarkan keputusan bahwa
Ahmadiyah golongan minoritas non muslim.
5. Rabithah ‘Alam Islamy yang berkedudukan di Makkah telah
mengeluarkam fatwa bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan keluar dari Islam.
Dilindungi sebuah organisasi?
Dalam penelitian
ditemukan bukti bahwa ada sebuah organisasi yang memang mengakui pihaknya
melindungi Ahmadiyah. Apakah itu termasuk dosa-dosa yang kini ditiru dan
diteruskan oleh sebagian tokoh organisasi itu atau tidak, belum ada penjelasan
resmi. Kami kutip satu bagian pernyataan resmi dari mereka:
“Ahmadiyah yang dilindungi oleh Muhammadiyah semenjak
datangnya di Yogyakarta sebagaimana yang sudah kami jelaskan dalam pemandangan
yang dahulu, akhirnya “bak tanaman memakan pagar”’ tidak menambah baik dan
majunya Muhammadiyah akan tetapi malah sebaliknya. Memang maksud dan tujuannya
berbeda dengan Muhammadiyah. Kini sudah berpisah jauh-jauh, sehingga
Muhammadiyah bertambah teguh tidak bercampur lagi.”[2]
Demikian hasil penelitian LPPI, di samping buku khusus
tentang sesatnya Ahmadiyah yang diterbitkan oleh lembaga ini, April 2000M,
berjudul Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an., setebal 236 halaman. Kalau
aliran sesat dan menyesatkan ini dibiarkan, maka akan masuk dan minta jatah ke
MUI, ke TVRI, ke RRI, ke lembaga-lembaga lain, dan minta diresmikan pula aneka
sarananya, termasuk penyelenggaraan haji bukan ke Makkah, keluh pihak LPPI.
#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar