Kamis, 04 Januari 2024

HARAPAN

HARAPAN 
Maksudnya adalah sangat mengharapkan rahmat Allah dan yakin kepadanya. Ya, sesuai dengan sejumlah pelajaran hidup yang kudapat, aku senang bisa memberikan kabar gembira kepada kalian semua wahai kaum muslimin bahwa saat terbit fajar sidik dan mentari kebahagiaan dunia Islam, khususnya kebahagiaan khilafah Utsmaniyyah semakin dekat. Terutama kebahagiaan bangsa Arab di mana kemajuan dunia Islam bergantung pada kebangkitan dan kesadaran mereka. Dengan tegas dan lantang di mana ia terdengar oleh seluruh dunia yang sedang berada di puncak keputusasaan,5 aku sampaikan bahwa: Masa depan akan menjadi milik Islam dan hanya untuk Islam serta kekuasaan hanya akan menjadi milik hakikat Al-Qur’an dan iman. Karena itu, kita harus ridha dengan takdir ilahi serta pasrah kepada-Nya. Sebab, kita memiliki masa depan yang cerah. Sementara bagi orang-orang asing masa lalu yang kelam. Inilah pernyataanku. Aku memiliki sejumlah argumen. Aku akan menyebutkan satu setengahnya saja dengan diawali sejumlah pendahuluan. Pendahuluannya adalah sebagai berikut:
Berbagai hakikat Islam dikenal memiliki potensi dan kesiapan sempurna untuk mendorong pemeluknya menggapai kemajuan fisik (materiil) dan maknawi (spiritual). Aspek pertama: Potensi untuk Menggapai kemajuan Spiritual Ketahuilah bahwa sejarah yang mencatat berbagai kejadian nyata menjadi bukti paling jujur atas hakikat sejumlah peristiwa. Sejarah memperlihatkan kepada kita bahwa panglima Jepang yang telah mengalahkan Rusia
memberikan kesaksian terkait dengan keagungan dan kebenaran Islam. Ia berkata, “Kadar kekuatan hakikat Islam dan komitmen kaum muslim terhadap hakikat tersebut membuat mereka semakin maju dan meningkat. Begitulah yang diperlihatkan oleh sejarah. Sebaliknya, ketika mereka kurang berpegang kepada hakikat kebenaran, mereka merana, tertinggal, jatuh ke dalam berbagai carut-marut serta menjadi lemah tak berdaya”. Adapun seluruh agama selain Islam, yang terjadi justru kebalikannya. Artinya, lemahnya komitmen terhadap agama membuat mereka semakin maju. Sebaliknya, semakin berpegang pada agama, mereka semakin terpuruk dan jatuh. Begitulah ketetapan sejarah. Dan begitulah perjalanan waktu hingga saat ini. Yang diperlihatkan oleh sejarah sejak generasi terbaik dan era kebahagiaan hingga saat ini yaitu bahwa dengan pendekatan logis dan bukti nyata seorang muslim telah meninggalkan agamanya dengan cenderung kepada agama lain. Sementara itu, pengikut agama lain—bahkan yang fanatik dari mereka—seperti Rusia masa lalu dan Inggris – lewat pendekatan dan dalil logis, mereka memilih agama Islam ketimbang agama mereka sendiri. Akhirnya, mereka masuk ke dalam agama Islam. Di sini yang dilihat bukan sikap mengikuti masyarakat awam yang tidak bersandar pada dalil. Juga, bukan kondisi mereka yang keluar dari agama dan hakikatnya. Sebab, ini persoalan yang berbeda. Perlu diketahui bahwa sejarah menginformasikan bahwa orang yang memeluk Islam secara logis adalah berbagai kelompok dan golongan yang setiap hari jumlahnya semakin bertambah.”6 Andaikan dengan perilaku dan perbuatan, kita memperlihatkan kemuliaan akhlak Islam dan kesempurnaan hakikat iman, pasti para pengikut agama lain masuk ke dalam Islam secara berbondong-bondong. Bahkan bisa jadi negara-negara di dunia berikut benuanya memeluk Islam. Umat manusia yang bangkit dan sadar dengan berbagai buah pengetahuan modern mulai memahami hakikat dan esensi manusia. Mereka yakin bahwa umat manusia tidak akan bisa hidup nyaman tanpa agama. Bahkan orang yang paling kufur dan mengingkari agama pun di akhir perjalanannya terpaksa harus kembali kepada agama. Pasalnya, “titik sandaran” manusia saat menghadapi berbagai musibah dan musuh dari luar dan dalam di mana dirinya lemah tak berdaya, serta “titik pegangan” untuk meraih berbagai impian yang terbentang menuju keabadian, sementara ia sendiri fakir dan papa, tidak lain adalah “mengenal Sang Pencipta” serta beriman kepada-Nya dan mempercayai akhirat. Nah, tidak ada jalan bagi umat manusia yang mulai sadar untuk bangkit dari tidurnya selain mengakui semua itu. Selama dalam relung kalbu tidak ada substansi agama yang benar, maka kiamat fisik dan maknawi akan dirasakan oleh manusia. Ia akan menjadi hewan yang paling menderita dan hina. Kesimpulannya, berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan terjadinya berbagai peperangan, manusia pada masa kini telah sadar. Ia mulai merasakan nilai esensi manusia berikut potensinya yang bersifat komprehensif. Ia mulai memahami bahwa dengan potensi sosialnya yang menakjubkan, manusia tidak tercipta hanya untuk menempuh kehidupan yang selalu berubah dan singkat ini. Namun, ia tercipta untuk abadi dan kekal. Hal itu ditunjukkan oleh impiannya yang membentang menuju keabadian. Selain itu, setiap orang mulai memahami, sesuai dengan potensinya, bahwa kehidupan dunia yang fana dan sempit ini tidak bisa menampung impian dan hasrat yang tak terbatas itu. Bahkan, kalau ada yang berkata kepada daya imajinasi yang melayani manusia, “Engkau boleh tinggal selama sejuta tahun dengan dunia dalam genggamanmu. Namun sebagai gantinya, engkau akan mati selamanya tanpa pernah hidup lagi,” tentu imajinasi orang yang sadar tadi yang belum kehilangan rasa kemanusiaan akan meratap sedih, bukan gembira dan senang. Pasalnya, ia kehilangan kebahagiaan yang bersifat abadi. Inilah sebabnya mengapa muncul kecenderungan yang kuat untuk mencari agama yang benar dalam diri setiap manusia. Sebelum yang lain, terlebih dahulu ia mencari hakikat agama yang benar agar selamat dari kematian abadi. Kondisi dunia saat ini menjadi bukti terbaik atas hakikat tersebut. Setelah 45 tahun berlalu dan dengan munculnya gelombang ateisme, berbagai benua dan negara di dunia benar-benar menyadari kebutuhan umat manusia yang amat sangat itu. Selanjutnya, permulaan sebagian besar ayat Al-Qur’an berikut penutupnya mengarahkan manusia kepada akal dengan berkata, “Kembalilah kepada akal dan pikiranmu wahai manusia. Berdialoglah dengan keduanya agar kebenaran hakikat ini tampak jelas.” Lihatlah misalnya firman Allah yang berbunyi, 
Maka ketahuilah oleh kalian! Maka ketahuilah! Apakah mereka tidak berakal? Apakah mereka tidak melihat (berpikir)? Apakah kalian tidak mengambil pelajaran? Apakah kalian tidak merenungkan? Maka ambillah pelajaran wahai yang memiliki penglihatan (akal) Demikian pula dengan ayat-ayat sejenis yang berbicara kepada akal manusia. Ia bertanya, “Mengapa kalian meninggalkan pengetahuan dan memilih jalan kebodohan? Mengapa kalian menutup mata dan enggan melihat kebenaran? Apa yang membuat kalian berlaku gila, padahal kalian berakal? Apa yang membuat kalian tidak mau merenungkan berbagai peristiwa kehidupan sehingga kalian tidak mengambil pelajaran dan petunjuk menuju jalan yang lurus? Mengapa kalian tidak mencermati dan mengendalikan akal kalian agar tidak tersesat?” Selanjutnya ia berkata, “Wahai manusia, sadarlah dan ambillah pelajaran! Selamatkan diri kalian dari bencana maknawi yang datang dengan cara mengambil ibrah dari generasi masa lalu.” Wahai saudara-saudaraku yang berkumpul di masjid Jami Umawi ini, wahai saudara-saudaraku yang berada di masjid dunia Islam! Hendaknya kalian juga mengambil pelajaran. Perhatikan segala hal yang terjadi sepanjang 45 tahun yang lalu. Hendaknya  kalian sadar wahai yang mengaku memiliki pikiran dan pengetahuan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kita kaum muslimin yang merupakan pelayan Al-Qur’an mengikuti petunjuk. Kita terima hakikat keimanan dengan akal, pikiran dan hati kita. Kita tidak seperti orang yang tidak mau mengikuti petunjuk ( burhân ) karena bertaklid kepada para rahib ( ruhbân ) sebagaimana hal itu dilakukan oleh para penganut agama lain. Karena itu, masa depan yang berada di dalam genggaman akal dan pengetahuan akan dipimpin oleh kekuasaan Al-Qur’an di mana hukum-hukumnya bersandar pada akal, logika, dan bukti nyata. Sejumlah hijab yang tadinya menutupi mentari Islam mulai tersingkap. Sejumlah penghalang mulai lenyap dan menghilang. Berbagai kabar gembira mengenai terbitnya fajar tersebut telah datang sejak 45 tahun yang lalu. Fajar sidiknya pada tahun 1371 sudah mulai atau nyaris menyingsing. Bahkan meski ia merupakan fajar kizib, namun fajar sidiknya akan terbit 30 atau 40 tahun yang akan datang insya Allah. Ya, delapan penghalang telah menghalangi kemunculan berbagai hakikat Islam secara sempurna di masa lalu: Penghalang pertama, kedua, dan ketiga: • Kebodohan orang-orang asing (non muslim) • Ketertinggalan mereka dari zamannya (jauh dari peradaban) • Kefanatikan mereka terhadap agamanya. Ketiga penghalang ini 
mulai lenyap berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban. Penghalang keempat dan kelima: • Hegemoni para pastur dan dominasi para uskup atas pemikiran dan akal manusia. • Sikap orang-orang asing (non muslim) yang mengikuti para pastur secara membabi buta. Kedua penghalang ini juga mulai pudar setelah kebebasan berpikir dan kecenderungan manusia untuk mencari hakikat kebenaran tersebar luas. Penghalang keenam dan ketujuh: • Mewabahnya semangat tiranisme di tengah-tengah kita. • Tersebarnya akhlak tercela yang bersumber dari sikap meninggalkan syariat. Nah, pudarnya kekuatan tiran individu saat ini menunjukkan lenyapnya tirani kelompok dan organisasi yang menakutkan 30 atau 40 tahun kemudian. Lalu munculnya semangat keislaman dan adanya akibat buruk dari akhlak tercela menjadi faktor yang menyingkirkan kedua penghalang tadi. Bahkan keduanya nyaris lenyap dan akan hilang secara total insya Allah. Penghalang kedelapan: Asumsi adanya sejenis kontradiksi antara berbagai persoalan dari pengetahuan modern dengan makna lahiriah sejumlah hakikat Islam. Asumsi dan bayangan ini pada batas tertentu menghambat kejayaan hakikat Islam di masa lalu. Misalnya “lembu” dan “ikan paus” yang merupakan istilah bagi dua malaikat yang diperintah mengawasi bumi dengan perintah Allah. keduanya dibayangkan oleh sebagian orang sebagai hewan hakiki yang mempunyai bentuk fisik. Yaitu sebagai lembu besar dan paus raksasa. Karena itu, ilmuwan modern dalam hal ini berseberangan dengan Islam karena tidak memahami hakikat metafora di dalamnya. Terdapat ratusan contoh seperti di atas, di mana setelah hakikatnya dipahami tidak ada celah bagi filsuf yang paling keras kepala sekalipun kecuali tunduk dan menerima. Bahkan risalah “Mukjizat Al-Qur’an” telah membahas setiap ayat yang ditentang oleh kalangan ilmuwan modern. Risalah tersebut memperlihatkan bahwa pada setiap bagiannya terdapat kilau kemukjizatan Al-Qur’an yang menakjubkan. Ia menerangkan apa yang oleh kalangan ilmuwan dianggap sebagai objek kritikan bahwa pada setiap kalimat Al-Qur’an terdapat berbagai hakikat mulia yang tidak bisa dijangkau oleh ilmu pengetahuan. Ia juga memaksa para filsuf yang keras kepala untuk tunduk dan menerima. Sejumlah risalah yang dimaksud sudah tersebar luas. Setiap orang bisa membacanya dengan mudah. Ia harus menelaahnya agar dapat melihat bagaimana penghalang ini benar-benar telah runtuh setelah disebutkan 45 tahun yang lalu. Ya, dalam bidang ini terdapat sejumlah tulisan penting karya para ulama Islam. Setiap isyarat menunjukkan bahwa penghalang kedelapan ini akan lenyap secara total. 
Jika hal itu tidak terjadi sekarang, maka 30 atau 40 tahun lagi ilmu pengetahuan, makrifat hakiki, dan kemajuan peradaban akan berbekal sejumlah sarana dan peralatan yang lengkap sehingga ketiganya bisa mengalahkan dan melenyapkan delapan penghalang di atas. Hal itu terwujud dengan munculnya semangat untuk mencari berbagai hakikat kebenaran, sikap objektif, dan kecintaan kepada sesama manusia di mana semuanya dikirim ke posisi garis depan untuk menghadapi dan memerangi kedelapan musuh tersebut. Ia sudah mulai bisa mengalahkannya dan akan melenyapkannya secara total setengah abad kemudian insya Allah. Ya, “Keutamaan yang sesungguhnya adalah keutamaan yang diakui oleh pihak musuh.” Berikut ini kami berikan dua contoh saja di antara ratusan contoh yang ada. Contoh pertama: Mr. Carlyle, salah satu tokoh filsafat abad ke-19 yang ternama dan filsuf paling terkenal di benua Amerika menarik perhatian para filsuf dan ilmuwan nasrani dengan perkataannya: “Islam datang kepada berbagai ajaran palsu dan kepercayaan yang batil itu lalu menelannya. Hal tersebut memang tepat dan layak. Pasalnya, ia adalah hakikat yang keluar dari jantung alam. Begitu Islam datang, seluruh berhala Arab dan dialektika nasrani hangus terbakar. Semua yang tidak benar menjadi kayu mati yang dimakan oleh api Islam hingga lenyap, namun apinya tidak lenyap.”7 Carlyle lalu berbicara tentang Rasul saw dengan berkata, “Ia adalah sosok agung yang Allah beri pengetahuan dan hikmah. Karena itu, wajib bagi kita untuk memperhatikannya sebelum memperhatikan yang lain.”8 Ia juga berkata, “Jika engkau masih meragukan hakikat Islam, yang lebih pantas kau ragukan adalah sejumlah aksioma dan ketentuan yang sudah pasti. Sebab, Islam merupakan hakikat yang paling jelas dan keniscayaan yang paling meyakinkan.” Begitulah filsuf ternama itu menuliskan berbagai hakikat tentang Islam di atas dalam sejumlah tempat dari bukunya. Contoh kedua: Bismarck, yang dianggap sebagai tokoh pemikir terkenal dalam sejarah Eropa Modern. Filsuf ini berkata, “Aku telah mempelajari sejumlah kitab suci (samawi) dengan seksama. Namun, aku tidak menemukan hikmah hakiki yang bisa menjamin kebahagiaan umat manusia. Hal itu lantaran manipulasi yang terjadi di dalamnya. Akan tetapi, aku menemukan Al-Qur’an yang dibawa oleh Muhammad mengungguli seluruh kitab yang ada. Dalam setiap katanya terdapat hikmah. Tidak ada sebuah kitab yang dapat mewujudkan kebahagiaan umat manusia yang sepertinya. Kitab semacam itu tidak mungkin berasal dari ucapan manusia. Orang yang mengklaim bahwa Al-Qur’an itu adalah perkataan Muhammad berarti mengingkari kebenaran dan hal yang sudah sangat jelas secara ilmiah. Maksudnya, Al-Qur’an sebagai kalam Allah merupakan persoalan aksiomatik.” Begitulah ladang kecerdasan di Amerika dan Eropa menghasilkan panenan yang menakjubkan seperti sosok Carlyle dan Bismarck yang termasuk peneliti ulung. Terkait dengan itu, aku ingin menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa: “Eropa dan Amerika sedang mengandung Islam, dan suatu hari keduanya akan melahirkan negara Islam. Sebagaimana daulah Utsmaniyah telah mengandung Eropa dan telah melahirkan negara Eropa.” Wahai saudara-saudara yang berada di masjid Umawi, wahai saudara-saudara yang setengah abad lagi berada di masjid Islam! Bukankah berbagai pendahuluan yang telah kami sebutkan dari awal hingga sekarang mengarah pada sebuah kesimpulan bahwa hanya Islam yang akan menjadi penguasa hakiki dan maknawi di berbagai benua di masa depan; dan bahwa yang akan mengantar umat manusia menuju kebahagiaan dunia akhirat tidak lain adalah Islam serta nasrani yang benar yang berbalik kepada Islam di mana ia sejalan dengannya dan mengikuti Al-Qur’an setelah lepas dari berbagai penyimpangan dan khurafat. Aspek Kedua: Potensi untuk Menggapai Kemajuan Materiil Berbagai sebab yang kuat yang mendorong Islam untuk maju menjelaskan bahwa di masa depan islam secara fisik juga akan memimpin. 
Sebagaimana telah kami tegaskan pada aspek pertama bahwa Islam siap untuk maju secara maknawi (spiritual), maka aspek ini memperlihatkan secara jelas potensi Islam untuk maju secara fisik (materiil) di masa mendatang. Sebab, di jantung sosok maknawi dunia Islam terdapat lima kekuatan yang tak bisa dikalahkan. Ia begitu kuat dan kokoh.9 Kekuatan Pertama “Hakikat Islam” yang merupakan guru bagi seluruh kesempurnaan dan kemuliaan – di mana ia menjadikan 350 juta muslim laksana satu jiwa, serta menyiapkan sebuah peradaban hakiki dan pengetahuan yang benar – memiliki kekuatan yang tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan manapun. Kekuatan Kedua “Kebutuhan mendesak” yang merupakan guru hakiki bagi peradaban dan industri yang dilengkapi oleh berbagai sarana dan prinsip sempurna. Begitu pula “kemiskinan” yang membinasakan kita. Nah kebutuhan dan kemiskinan merupakan dua kekuatan yang tak bisa dibungkam dan dikalahkan. Kekuatan Ketiga “Kebebasan syar’i” yang mengarahkan umat manusia kepada jalan persaingan yang sehat menuju berbagai keluhuran dan tujuan mulia di mana ia menghancurkan segala bentuk tirani sekaligus menumbuhkan kesadaran mulia dalam diri manusia; kesadaran yang berhias sejumlah perasaan untuk bersaing, iri, bangkit secara utuh, cenderung pada pembaharuan dan kemajuan. Kekuatan ketiga ini (kebebasan syar’i) bermakna menghias diri dengan sejumlah derajat kesempurnaan dan keinginan padanya sebagai hal termulia yang paling layak dimiliki manusia. Kekuatan Keempat “Heroisme iman” yang disertai kasih sayang. Maksudnya, sikap tidak rela diri ini hina di hadapan kaum zalim dan tidak menghina pihak yang terzalimi. Dengan kata lain, tidak menyanjung para tiran serta tidak bersikap sombong terhadap kalangan miskin. Ini merupakan salah satu prinsip kebebasan syar’i yang sangat penting.
Kekuatan Kelima “Kemuliaan Islam” yang menyuarakan penegakan kalimat Allah. Pada masa kita sekarang, penegakan kalimat Allah bergantung pada kemajuan materiil dan masuk ke dalam arena peradaban hakiki. Tentu saja, sosok maknawi dunia Islam di masa mendatang akan memahami dan mewujudkan tuntutan iman untuk menjaga kemuliaan Islam. Sebagaimana kemajuan Islam di masa lalu adalah dengan melenyapkan sikap fanatik musuh, menghancurkan keangkuhanya, serta menangkal permusuhannya. Semua itu terwujud dengan kekuatan senjata dan pedang. Maka sekarang sebagai ganti dari senjata dan pedang, musuh akan dikalahkan dan dilumpuhkan lewat pedang maknawi dari peradaban hakiki, kemajuan materiil, kebenaran, dan hakikat. Ketahuilah wahai saudara-saudaraku! Peradaban yang kami maksudkan adalah berbagai sisi yang memberikan manfaat dan kebaikan bagi umat manusia; bukan berbagai dosa dan keburukannya. Orang-orang yang bodoh menganggap keburukan tersebut sebagai sebuah kebaikan sehingga menirunya dan merusak apa yang kita miliki. Mereka menjadikan agama sebagai sogokan untuk mendapatkan dunia. Namun ternyata mereka tidak mendapatkannya dan tidak akan pernah mendapatkan apa-apa. Ketika berbagai keburukan peradaban mengalahkan kebaikannya serta ketika sisi kejahatannya mengungguli sisi kebajikannya, umat manusia mendapatkan dua tamparan kuat lewat dua perang dunia. Keduanya mendatangi peradaban buruk tersebut seraya memuntahkan darah yang mengotori seluruh permukaan bumi. Namun dengan izin Allah, berbagai kebaikan peradaban tersebut akan kembali unggul berkat kekuatan Islam yang akan memimpin di masa mendatang. Wajah bumi akan kembali bersih dari berbagai noda. Kedamaian juga akan dirasakan oleh seluruh manusia. Ya, ketika peradaban Eropa tidak tegak di atas kemuliaan dan petunjuk; namun di atas keinginan hawa nafsu, serta di atas kedengkian dan penindasan, maka sisi buruk peradaban tersebut mengalahkan kebaikannya hingga saat ini. Ia laksana pohon yang membusuk akibat ulat organisasi revolusi yang menebarkan teror. Ini bukti yang nyata dan jelas bahwa keruntuhannya semakin dekat. Ia juga menjadi faktor penting yang menyebabkan dunia membutuhkan peradaban Asia (Islami) yang dalam waktu dekat akan berjaya. Apabila di hadapan kaum mukmin dan muslim terdapat sejumlah sebab yang demikian kuat dan sarana untuk mencapai kemajuan materiil dan spiritual semacam itu, serta terdapat jalan lurus yang terbentang laksana rel kereta menuju kebahagiaan di masa mendatang, maka bagaimana kalian bisa putus asa dan melemahkan semangat dunia Islam, lalu berprasangka buruk disertai sikap putus asa bahwa dunia merupakan tempat kemajuan bagi orang asing dan semua manusia, sementara bagi umat Islam dunia merupakan tempat keterpurukan?! Dengan keputuasaan tersebut, kalian melakukan kesalahan fatal. Sebab, selama kecenderungan menuju kesempurnaan menjadi prinsip fitri di alam di mana ia ditanamkan dalam fitrah manusia, maka kebenaran dan hakikat di tangan Islam insya Allah akan memperlihatkan kebahagiaan duniawi pula sebagai penebus dosa umat manusia selama tidak terjadi kiamat mendadak akibat berbagai kerusakan dan kezaliman yang mereka lakukan. Karena itu, perhatikanlah zaman! Ia tidak berjalan secara lurus sehingga awal dan akhirnya berjauhan. Namun ia berputar dalam sebuah lingkaran seperti putaran bola bumi. Kadangkala ia memperlihatkan musim panas dan musim semi di saat naik dan di atas. Namun kadangkala memperlihatkan musim dingin dan gugur di saat menurun dan berada di bawah. Sebagaimana musim dingin dilanjutkan dengan musim semi, lalu malam digantikan oleh siang, maka umat manusia juga akan mendapatkan musim semi dan siangnya insya Allah. Hendaklah kalian menantikan dari rahmat Ilahi terbitnya mentari hakikat Islam sehingga kalian dapat melihat peradaban hakiki dalam naungan kedamaian yang bersifat universal dan komprehensif. Di awal pelajaran ini, kami telah mengatakan bahwa kami akan memberikan satu setengah argumen yang mendukung pernyataan kami. Sekarang satu argumen tersebut secara umum telah selesai. Yang tersisa adalah setengahnya lagi, yaitu sebagai berikut: Lewat studi yang cermat, penelitian, dan berbagai eksperimen terhadap ilmu pengetahuan, jelas bahwa kebaikan, keindahan, keapikan, dan kesempurnaan merupakan prinsip yang berlaku dalam tatanan alam sekaligus sebagai tujuan. Maksudnya, ia adalah tujuan hakiki Sang Pencipta Yang Mahaagung. Buktinya, setiap pengetahuan yang terkait dengan alam memperlihatkan berbagai kaidah universal bahwa dalam setiap spesies dan kelompok terdapat keteraturan dan kesempurnaan di mana akal tak mampu menggambarkan yang lebih indah dan lebih sempurna darinya. Misalnya, ilmu anatomi yang terkait dengan kedokteran, ilmu tata surya yang terkait dengan astronomi, serta sejumlah ilmu lain yang terkait dengan tumbuhan dan hewan. Lewat prinsipnya yang bersifat universal dan lewat beragam kajiannya, masing-masing menginformasikan tatanan Tuhan yang sangat rapi dalam spesies tersebut berikut qudrat-Nya yang menakjubkan, dan hikmah-Nya yang sempurna. semuanya menjelaskan hakikat ayat Al-Qur’an yang berbunyi, “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan dengan sebaik-baiknya .” (QS. as-Sajadah: 7) Sebaliknya, penelitian yang utuh dan berbagai eksperimen yang komprehensif menegaskan bahwa keburukan, kebatilan, dan kejahatan bersifat parsial, sisipan, dan sekunder dalam penciptaan alam. Keburukan yang terdapat di alam dan makhluk misalnya, bukan merupakan tujuan. Ia hanyalah satuan standar agar sebuah hakikat keindahan berbalik menjadi banyak hakikat. Demikian pula dengan kekejian. Bahkan setan sendiri dicipta dan dibuat berkuasa atas manusia untuk menjadi media agar manusia bisa naik secara tak terbatas menuju kesempurnaan yang hanya bisa digapai lewat persaingan dan perjuangan. Keburukan dan kekejian parsial seperti ini dicipta di alam guna menjadi media untuk memperlihatkan berbagai bentuk kebaikan dan keindahan universal. Jadi, dengan penelitian yang utuh diketahui bahwa tujuan hakiki dan asasi dari penciptaan adalah kebaikan dan kesempurnaan. Karena itu, manusia yang menodai muka bumi dengan kekufuran dan pembangkangannya kepada Allah tidak mungkin terbebas dari hukuman dan pergi begitu saja tanpa merealisasikan tujuan hakikinya di alam. Namun, ia akan masuk ke dalam penjara jahannam. Dengan penelitian dan berbagai studi juga, diketahui bahwa manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dan paling mulia. Sebab, dengan akalnya ia dapat menyingkap sejumlah tingkatan sebab lahiri dalam penciptaan entitas dan buahnya. Ia mampu mengetahui berbagai relasi antara ilat d an rangkaian sebab. Dengan kemampuan parsialnya, ia mampu meniru sejumlah ciptaan ilahi dan kreasi Rabbani yang rapi. Dengan ilmu dan kecakapannya yang bersifat parsial, ia pun mampu menjangkau sejumlah perbuatan ilahi yang rapi. Yaitu dengan menjadikan ihktiar parsial- nya sebagai ukuran parsial dan standar miniatur untuk memahami berbagai tingkatan perbuatan ilahi tersebut yang bersifat universal serta sifat-sifat-Nya yang bersifat mutlak. Semua itu 
membuktikan bahwa manusia merupakan makhluk yang paling mulia. Di samping itu, lewat kesaksian sejumlah hakikat yang dipersembahkan Islam kepada umat manusia di mana ia secara khusus berlaku bagi manusia dan entitas diketahui bahwa kaum muslim merupakan manusia paling baik dan paling mulia. Mereka adalah kaum penggenggam kebenaran dan hakikat. Lalu dengan kesaksian sejarah dan penelitian komprehensif diketahui bahwa penggenggam kebenaran yang paling mulia di antara manusia adalah Muhammad saw seperti yang dikuatkan oleh seribu mukjizatnya, ketinggian akhlaknya, serta hakikat Islam dan Al-Qur’an. Karena setengah argumen ini telah menjelaskan ketiga hakikat tersebut, mungkinkah manusia dengan kemalangannya dapat membantah kesaksian seluruh ilmu pengetahuan dan membatalkan semua penelitian yang ada, lalu menentang kehendak ilahi dan hikmah azali sehingga tetap berada dalam kekesatannya yang pekat, kekufurannya yang keras, dan kehancurannya yang hebat?! Mungkinkah kondisi memusuhi Islam ini terus bertahan? Dengan kekuatan yang Allah berikan, bahkan andaikan aku memiliki lisan tak terhingga, maka dengan semuanya aku bersumpah atas nama Zat yang menciptakan alam dengan sangat rapi ini, yang menciptakan entitas dengan penuh hikmah dan teratur mulai dari partikel hingga benda langit yang beredar di ruang angkasa, dari mulai sayap nyamuk hingga bintang yang berkilau di langit, Zat Mahabijak Yang Mahaagung dan Pencipta Yang Mahaindah, aku bersumpah atas nama-Nya lewat lisan yang jumlahnya tak terhingga bahwa manusia tidak mungkin keluar dari sunnatullah yang berlaku di alam, di mana ia menyalahi aturan yang berlaku bagi makhluk ciptaan lainnya lewat keburukannya yang bersifat universal; serta keburukan yang dominan diputuskan sebagai kebaikan sehingga berbagai kezaliman itu dilupakan selama beribu-ribu tahun. Ini sama sekali tidak mungkin terjadi. Ya, hal itu tidak mungkin terjadi kecuali dengan asumsi yang mustahil bahwa manusia bukan merupakan khalifah Allah di muka bumi, yang membawa amanah besar, dan yang menjadi saudara tertua bagi seluruh jenis makhluk. Akan tetapi ia makhluk terhina, ternista, dan paling berbahaya yang masuk ke dalam alam untuk melakukan kerusakan. Asumsi dan hayalan mustahil ini tentu saja batil, tidak mungkin bisa diterima dari sisi manapun. Oleh karena itu, dari setengah argumen di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sebagaimana keberadaan surga dan neraka sangat penting di akhirat, maka dominasi mutlak tetap akan berada di tangan kebaikan dan agama yang benar di masa mendatang sehingga kebaikan dan keutamaanlah yang dominan pada umat manusia sebagaimana yang berlaku pada spesies lainnya; sehingga antara manusia dan entitas lainnya sama; dan sehingga dapat dikatakan bahwa rahasia hikmah azali juga terwujud dalam spesies manusia. Kesimpulan: Selama manusia – sesuai dengan berbagai hakikat yang telah disebutkan – merupakan buah alam yang paling baik, makhluk termulia di sisi Sang Pencipta Yang Maha Pemurah, dan kehidupan abadi menuntut adanya surga dan neraka, maka berbagai kezaliman yang dilakukan umat manusia 
hingga sekarang mengharuskan keberadaan neraka sebagaimana potensi kesempurnaan yang tertanam dalam fitrah dan hakikatnya yang penuh iman sekaligus sangat penting bagi alam mengharuskan keberadaan surga. Jadi, sudah barang tentu manusia tidak akan membiarkan berbagai kejahatan yang dilakukan selama dua perang dunia di mana ia melahirkan berbagai bencana dan musibah bagi seluruh dunia serta memuntahkan zaqqum keburukannya yang sulit dicerna sehingga mengotori permukaan bumi, lalu membiarkan umat manusia menghadapi penderitaan dan kemalangan serta meruntuhkan menara peradaban yang telah dibangun oleh mereka selama seribu tahun. Selama kiamat yang menghentak umat manusia belum tiba, kita mengharapkan rahmat Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang agar berbagai hakikat Al-Qur’an menjadi media yang bisa menyelamatkan umat manusia dari kejatuhan ke tingkat yang paling rendah, lalu membersihkan bumi dari noda dan kotoran, serta menegakkan kedamaian yang bersifat universal dan komprehensif.

Selasa, 02 Januari 2024

Hikmah Manusia Diciptakan Bertingkat tingkat

Hikmah Manusia Diciptakan Bertingkat tingkat 

Ketika menciptakan manusia, Allah Ta’ala ciptakan dalam kondisi yang berbeda-beda levelnya dan bertingkat-tingkat. Tidak hanya dalam hal rezeki, tetapi juga dalam hal keimanan, ketakwaan, ilmu, fisik, dan sebagainya. Allah Ta’ala berfirman,

هُمْ دَرَجَٰتٌ عِندَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ

“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 163)

Dalam firman-Nya yang lain,

يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

“Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Asy-Syura: 12)

Tatkala Allah menciptakan manusia, Ia memberikan perbedaan level pada hamba-Nya. Hal ini merupakan salah satu bentuk keadilan Allah. Dan semua ketetapan Allah pasti ada hikmahnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْحَكِيمُ ٱلْخَبِيرُ

“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 18)

Ada beberapa hikmah bertingkat-tingkatnya level manusia sebagai berikut:

Pertama, agar menyadari bahwa di akhirat manusia pun tidak sama tingkatannya

Allah Ta’ala berfirman,

ٱنظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ وَلَلْءَاخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَٰتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا

“Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (QS. Al-Isra’: 21)

Hendaknya disadari bahwa tingkatan kehidupan di akhirat jauh berbeda dibandingkan dengan dunia. Ketika dibangkitkan, manusia akan memiliki fisik yang berbeda. Bahkan, sampai di surga dan neraka pun memiliki tingkatan-tingkatan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (QS. An-Nisa’: 145)

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إنَّ في الجنةِ مائةَ درجةٍ ، أعدَّها اللهُ للمجاهدين في سبيلِه ، كلُّ درجتيْنِ ما بينهما كما بين السماءِ والأرضِ ، فإذا سألتم اللهَ فسلُوهُ الفردوسَ ، فإنَّهُ أوسطُ الجنةِ ، وأعلى الجنةِ ، وفوقَه عرشُ الرحمنِ ، ومنه تَفجَّرُ أنهارُ الجنةِ

Surga itu ada 100  tingkatan, yang dipersiapkan oleh Allah untuk para mujahid di jalan Allah. Jarak antara dua surga yang berdekatan adalah sejauh jarak langit dan bumi. Dan jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus. Karena itulah surga yang paling tengah dan paling tinggi, yang di atasnya terdapat Arsy milik Ar-Rahman, darinya pula (Firdaus) bercabang sungai-sungai surga. (HR. Bukhari)

Kedua, melatih syukur dan sabar

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati, kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan nikmat (kesenangan), maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan musibah (kesusahan), maka ia bersabar. Itu pun baik baginya. (HR. Muslim)

Allah Ta’ala membuat level manusia tidak sama agar mereka senantiasa bersabar dan bersyukur. Bersabar atas segala kekurangan dan kesusahannya, serta bersyukur atas kelebihan dan kenikmatan yang ia dapatkan.

Terkadang Allah berikan kesempitan kepada seorang hamba, agar ia ingat dan mau kembali kepada Allah. Sehingga ia bermunajat, berdoa, dan bertawakal hanya kepada Allah.

Ketiga, agar saling melengkapi dan memberi manfaat

Allah Ta’ala berfirman,

وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا

“… dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.” (QS. Az-Zukhruf: 32)

Allah jadikan sebagian orang lebih kaya, lebih pintar, lebih kuat dari yang lain agar saling melengkapi dan memberi manfaat. Jika semua orang kaya dan tidak ada yang miskin, apakah masih ada yang ingin menjadi pembantu, tukang sayur keliling, tukang sampah, tukang bangunan yang bisa memberi bantuan dan manfaat kepada orang kaya? Jika semua orang ingin jadi presiden atau direktur, siapa yang menjadi rakyat atau karyawannya?

Keempat, bentuk keadilan Allah agar manusia menjadi baik dan benar

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزْقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرٌۢ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 27)

Sudah menjadi hal umum bahwa kebanyakan orang kaya suka menghambur-hamburkan harta. Berbeda dengan sebagian besar orang miskin yang berusaha menjaga dan menghemat hartanya. Allah juga lebih tahu yang terbaik untuk hamba-Nya sebagaimana hadis dha’if (tetapi maknanya benar), Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إنَّ مِنْ عِبَادِى مَنْ لاَ يَصْلُحُ إِيْمَانُهُ إِلاَّ بِالغِنَى وَلَوْ أَفْقَرْتُهُ لَكَفَرَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِى مَنْ لاَ يَصْلُحُ إِيْمَانُهُ إِلاَّ الفَقْر وَلَوْ أَغْنَيْتُهُ لَكَفَرَ

Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika Allah memberikan kekayaan kepadanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika Allah memberikan kemiskinan kepadanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, tentu ia akan kufur. (HR. Abu Nu’aim dalam Hilyah Al-Auliya, 8: 318 . Lihat juga Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 5: 71)

Ada sebagian manusia yang menjadi tidak beriman dan lupa bersyukur jika ia diberikan kekayaan, kesehatan, atau kelebihan lainnya. Ketika dijadikan kaya, ia lalai dari ibadah, jauh dari ketaatan, dan sibuk dengan urusan dunianya. Sebaliknya, ada sebagian orang yang cocoknya menjadi orang kaya. Ketika ia miskin, malah ia akan mudah mengeluh.

Kelima, kaya dan miskin itu sama-sama ujian

Allah Ta’ala berfirman,

وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

Kaya bisa menjadi istridaj (jebakan nikmat yang disegerakan di dunia), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah. (HR. Ahmad, 4: 145)

Dan miskin bisa jadi sebagai hukuman atas dosa yang diperbuat sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)

Mutiara nasihat

Bagi yang Allah berikan kelebihan dari yang lain, hendaknya tidak boleh merasa sombong dan merendahkan orang-orang yang di bawahnya. Sedangkan bagi orang yang Allah berikan kekurangan, maka hendaknya ia mengejar dengan memperbanyak amal.

أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِي أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي وَلَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي

Kekasihku, yakni Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan tujuh perkara padaku: 1) beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, 2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku.…” (HR. Ahmad)

Dalam sabda beliau yang lain,

إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه

Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al-khalq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)

***

Minggu, 05 Februari 2012

Mengenal Jin

Mengenal Jin

" Sesungguhnya jin dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (Al Quran, surat Al A'raf : 27)

Makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan yang berarti istitar (tersembunyi). Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan setan ialah setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Iblis adalah gembongnya setan.

Apakah Jin itu?
Jin dinamakan jin karena wujudnya yang tersembunyi dari pandangan mata manusia. Firman Allah, "Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka."(QS. Al A'raf 27).

Kalau pun ada manusia yang dapat melihat jin, jin yang dilihatnya itu adalah yang sedang menjelma dalam wujud makhkuk yang dapat dilihat mata manusia biasa. Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda, "Setan memperlihatkan wujud (diri)nya ketika aku shalat, namun atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku. Kalau bukan karena adanya doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia."(HR Al Bukhari).

Asal kejadian Jin


Kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas. Allah berfirman, "Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (QS. Al Hijr: 27). "Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api." (QS. Ar Rahman : 15).

Rasulullah bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) kepada kamu [yaitu dari air sperma dan ovum]." (HR Muslim dari Aisyah di dalam kitab Az- Zuhd dan Ahmad di dalam Al Musnad).

Bagaimana wujud api yang merupakan asal kejadian jin, Al Quran tidak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kita untuk meneliti-nya secara detail. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adhdhak berpendapat bahwa yang dimaksud "api yang sangat panas" (nar al-samum) atau "nyala api" (nar) dalam firman Allah di atas ialah "api murni". Ibnu Abbas pernah pula mengartikannya "bara api", seperti dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir.

Mengubah bentuk


Setiap makhluk diberi Allah kekhususan atau keistimewaan tersendiri. Salah satu kekhususan jin ialah dapat mengubah bentuk. Misalnya jin kafir (setan) pernah menampakkan diri dalam wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali. Pertama, ketika kaum Quraisy berkonspirasi untuk membunuh Nabi SAW di Makkah. Kedua, dalam Perang Badr pada tahun kedua Hijriah, seperti diungkapkan Allah di dalam surat Al Anfal: 48.

Apakah jin juga mati?


Jin beranakpinakdan berkembang biak. Allah memperingatkan manusia agar tidak terkecoh menjadikan iblis (yang berasal dari golongan jin) dan keturunan-keturunannya sebagai pemimpin sebab mereka telah mendurhakai perintah Allah (QS. Al Kahfi: 50).

Banyak orang menganggap bahwa jin bisa hidup terus dan tidak pernah mati, namun sebenarnya ada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, di mana Nabi SAW berdoa: "Anta al-hayyu alladzi la yamutu, wa al-jinnu wa al-insu yamutuna - Ya Allah, Engkau hidup tidak mati, sedangkan jin dan manusia mati." (Bukhari: 7383, Muslim : 717)

Tempat-tempat Jin


Banyak perbedaan antara manusia dengan jin, namun persamaannya juga ada, di antaranya sama-sama menghuni bumi. Bahkan jin telah mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian jin juga bisa tinggal bersama manusia di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan bersama manusia. Tempat yang paling disenangi jin adalah WC, tempat manusia membuka aurat. Agar aurat kita terhalang dari pandangan jin ketika kita masuk ke dalam WC, hendaknya kita berdoa yang artinya, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) setan laki-laki dan setan perempuan." (HR At-Turmudzi).

Setan suka berdiam di kubur dan di tempat sampah. Apa sebabnya, Quran sengaja tak menjelaskan secara rinci. Mungkin karena kuburan sering dijadikan sebagai tempat bermeditasi oleh tukang sihir (paranormal). Nabi SAW melarang kita tidur menyerupai setan. Setan tidur di atas perutnya (tengkurap) dan bertelanjang. Manusia yang tidur dalam keadaan bertelanjang menarik perhatian setan untuk mempermainkan auratnya.

Setan selalu mendampingi manusia


Sudah menjadi komitmen setan akan senantiasa menggoda manusia agar durhaka kepada Allah. Oleh karena itu setan terus menerus mengincar manusia, setiap saat menyertai manusia sehingga setan itu disebut pula sebagai qarin bagi manusia, artinya "yang menyertai" manusia. Setiap manusia disertai setan yang selalu memperdayakannya, bahkan manusia dan qarin-nya akan bersama-sama pada hari berhisab nanti. Allah berfirman, artinya: "Yang menyertai dia (qarin-nya) berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh." (QS. Qaf: 27).

Tipuan Syaitan Terhadap Mereka Yang Beribadat

Tipuan Syaitan Terhadap Mereka Yang Beribadat

Adapun tipuan serta ajakan syaitan terhadap manusia agar meninggalkan beribadah kepada Allah Taala ada 7 macam jalan;

1. Syaitan melarang manusia, agar jangan taat kepada Allah. Orang-orang yang dipelihara Allah, akan menolak ajakan itu dan akan berkata:
Aku sangat memerlukan sekali kepada pahala dari Allah, kerana aku harus mempunyai bekal dari dunia untuk akhirat yang kekal abadi.

2. Bila pujukan pertama tidak berhasil, maka syaitan mengajak manusia untuk mengakhiri taat; nanti saja atau kalau sudah tua, dan sebagainya. Orang-orang yang terpelihara akan menolak ajakan itu dan akan berkata:
Ajalku bukan pada tanganku; jika aku menunda-nunda amal hari ini untuk esok, maka amal hari esok bila akan aku kerjakan, padahal tiap-tiap hari dan waktu mempunyai amal tersendiri dan hak hukum waktunya.

3. Kadang-kadang syaitan akan mendorong manusia supaya terburu-buru mengerjakan amal baik dengan amat segera dan katanya: Ayuh' cepat-cepat beramal supaya engkau dapat memburu lagi amal lainnya. Orang-orang yang selamat tentu menolak dan berkata:
Amal yang sedikit tapi sempurna lebih baik daripada amal banyak tetapi tidak sempurna. Dalam hal Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda dengan maksud:
"Tergopoh-gopoh itu pembawaan dari syaitan, kecuali dalam lima perkara;
1. Mengkahwinkan anak perawan jika telah sampai waktunya.
2. Membayar hutang jika sudah sampai janjinya.
3. Menguruskan mayat bila datang ajalnya.
4. Menghormati tetamu di kala ia datang bertandang.
5. Bertaubat setelah mengerjakan dosa.

4. Syaitan itu lalu menyuruh manusia supaya mengerjakan amal baik dengan sempurna sebab kalau tidak sempurna nanti dicela oleh orang lain. Orang-orang yang terpelihara tentu menolaknya dan akan berkata;
Untuk saya cukup dinilai oleh Allah sahaja dan tidak ada faedahnya beramal kerana manusia. Ini adalah isyarat supaya manusia Riya' dalam amalnya.

5. Setelah itu syaitan menancapkan perasaan dalam hati orang yang beramal dengan mengatakan; Betapa tingginya darjatmu dapat beramal sholeh dan betapa pula cerdikmu dan kesempurnaanmu. Orang-orang yang baik akan menjawab

bahawa semua keagungan dan kesempurnaann itu kepunyaan Allah, bukan kekuatan atau kekuasaan aku. Allahlah yang memberi taufiq kepadaku untuk mengerjakan amal yang Ia redhoi, dan memberikan ganjaran yang besar dengan anugerah kurniaNya. Jika sekiranya tanpa kurnia Allah, maka apalah harganya amalku ini dibandingkan dengan banyaknya nikmat Allah kepadaku, di samping dosaku yang banyak pula.
Tidak dapat berkata-kata dan mengamalkan begini melainkan mereka yang mempunyai ilmu pengetahuan tentang Ilmu Tasauf atau Ilmu Makrifat.

6. Setelah jalan kelima gagal, maka syaitan mengajukan jalan yang keenam. Jalan ini lebih hebat dari yang disebut tadi, dan tidak akan bisa selamat terhadapnya kecuali orang yang cerdik dan hidup fikirannya. Syaitan itu berkata, membisikkan di hati manusia: "Bersungguh-sungguhlah engkau beramal dengan Sir, jangan diketahui oleh manusia sebab Allah jualah yang akan menzhohirkan amalmu nanti terhadap manusia dan akan mengatakan bahawa engkau adalah seorang hamba Allah yang ikhlas". Syaitan itu mencampur-baurkan terhadap setiap orang yang beramal dengan amal tipuannya yang lemah sekali. Dengan ucapannya itu, syaitan bermaksud untuk memasukkan sebahagian daripada penyakit Riya'. Orang yang terpelihara oleh Allah akan menolak ajakan syaitan itu dengan mengatakan;

Hai Malaun (yang dilaknat) tiada henti-henti engkau menggodakaku untuk merosakkan amal dan ibadatku dengan berbagai-bagai jalan dan sekarang engkau berpura-pura seolah-olah akan memperbaiki amalku, padahal maksudmu untuk merosakkannya. Aku ini hamba Allah dan Allahlah jua yang menjadikan aku. Kalau Allah SWT. berkehendak menzhohirkan amalku atau menyembunyikannya; dan kalau berkehendak menjadikan aku mulia atau hina, ini adalah urusan Allah. Aku tidak gelisah apakah amalku itu diperlihatkan oleh Allah kepada manusia atau tidak kerana itu bukan urusan aku sebagai seorang hamba Allah.

7. Setelah gagal syaitan itu menggoda dengan jalan keenam, maka ia menggoda lagi dengan jalan ketujuh dengan mengatakan; "Hai manusia..tidak perlu engkau menyusahkan dirimu untuk beramal ibadah, kerana jika engkau telah ditetapkan oleh Allah pada masa azali dan dijadikan makhluk yang bahagia, maka tidak menjadi mudorat apa-apa bagi engkau untuk meninggalkan amal, engkau akan tetap menjadi seorang yang bahagia. Sebaliknya jika engkau dikehendaki Allah menjadi orang yang celaka, maka tidak ada gunanya lagi engkau beramal dan tetaplah engkau celaka".Orang-orang yang terpelihara oleh Allah tentu akan menolak godaan ini dengan mengatakan:

Aku ini seorang hamba, berkewajipan menurut perintah Tuhanku. Tuhan Maha Mengetahui , menetapkan sekehendakNya dan berbuat apa saja yang dikehendakiNya. Amalku tetap akan bermanfaat, walau bagaimanapun keadaanku. Jika aku dijadikan seorang yang seorang yang berbahgia, aku tetap perlu beribadah untuk menambah pahala, dan jika aku dijadikan seorang yang celaka, aku tetap harus beramal ibadah, supaya tidak menjadi penyesalan bagi diriku meninggalkan amal itu.

Jika sekiranya aku dimasukkan neraka, padahal aku taat, aku lebih senang daripada jika dimasukkan neraka kerana aku maksiat. Tetapi tidak akan demikian keadaannya kerana janji Allah pasti terjadi dan sabdaNya pasti benar. Allah telah menjanjikan kepada siapa yang beramal taat kepadaNya akan diberi ganjaran. Siapa-siapa yang meninggal dunia dalam keadaan beriman dan taat kepada Allah, tidak akan dimasukkan ke dalam neraka dan pasti akan dimasukkan ke Syorga. Jadi masuknya, seseorang ke Syurga bukanlah kerana kekuatan amalnya, tetapi kerana janji Allah semata yang pasti dan suci.

Oleh kerana itu, sedarlah wahai hamba Allah, semoga Allah memberi rahmat kepadamu, sesungguhnya urusan taat kepada Allah seperti yang engkau lihat dan dengar bahawa banyak sekali godaan dan tipuan syaitan untuk menggagalkannya. Qiyaslah segala urusan dan tingkah laku kepada keadaan tersebut, dan bermohonlah pertolongan kepada Allah agar engkau dilindungi dan dipelihara dari kejahatan syaitan ini, kerana sega sesuatu benda di bawah kekuasaan Allah dan kepada Allah kita mohon Taufiq untuk mendapatkan keridhoaanNya.

TIDAK ADA DAYA UNTUK MENINGGALKAN MAKSIAT DAN TIDAK ADA KEKUATAN UNTUK MENGERJAKAN TAAT, KECUALI DENGAN PERTOLONGAN ALLAH YANG MAHA LUHUR DAN MAHA AGUNG

Tak Ada Kompromi Dengan Setan

Tak Ada Kompromi Dengan Setan

SEEKOR kucing mendadak bertingkah pada saat Nabi SAW sedang menjalankan shalat pada suatu malam. Suara meongnya terdengar memekakkan telinga. Si “macan kampung” ini mencoba menjahili Rasulullah dengan tujuan agar konsentrasi Beliau terganggu. Lalu ditangkaplah kucing tadi yang ternyata merupakan jelmaan setan.

Semula Nabi SAW hendak mengikat setan yang berwujud kucing itu pada sebuah tiang di masjid sampai menjelang pagi agar para sahabat dapat melihatnya. Tapi, Rasulullah teringat apa yang dikatakan Nabi Sulaiman: “Tuhan, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun jua sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (Ash-Shad:35). Demikianlah menurut riwayat Abdurrazzaq. Rupanya, setan memang tak kenal putus asa untuk selalu mengganggu Nabi SAW. Padahal, Al-Qadhi Iyadh berkata: "Ketahuilah, bahwa seluruh umat berijma' (sepakat) kalau Nabi SAW itu dilindungi dan terpelihara, serta disucikan Allah dari segala macam gangguan dan bisikan setan, baik tubuhnya maupun hatinya."

Simak saja, sebuah hadist yang diriwayatkan Abu Darda', iblis datang membawa nyala api yang hendak dilemparkan ke wajah Rasulullah SAW ketika sedang shalat. Maka beliau bertaawudz, meminta perlindungan Allah dari kejahatan makhuk yang terkutuk itu. Begitu juga ketika Nabi SAW sedang melakukan perjalanan Isra' pada malam hari, Beliau dihadang oleh iblis dengan api. Maka Jibril mengajarkan Rasulullah doa yang langsung dibacanya. Padamlah api itu lalu rontok menjadi abu yang bertebaran, sebagaimana yang diriwayatkan Malik dalam Al-Muwaththa.

Hadist serupa juga diriwayatkan 'Aisyah dan lain-lainnya. Dalam beberapa riwayat disebutkan, bukan sekali dua kali setan mencoba menghadangnya untuk memadamkan cahaya dan mengganggunya di berbagai tempat. Namun setelah gagal dan putus asa, mencoba mengganggunya di waktu beliau sedang shalat. Dan pernah ditangkap dan ditindak oleh Nabi SAW.

Oleh karena setan tidak bisa mengganggu secara langsung, maka ia memperalat musuh-musuh Rasulullah. Seperti yang termaktub dalam sebuah riwayat, bahwa pada malam hijrah Nabi SAW, Quraisy berembuk dan bersekongkol merencanakan pembunuhan Beliau dalam sebuah pertemuan.

Ada lagi, suatu kali, iblis menyamar sebagai orang tua yang datang dari Najed. Di lain kesempatan, iblis menyamar sebagai Suraqah bin Malik waktu perang Badar. Tentang masalah ini, Allah berfirman: “Dan ketika setan menjadikan mereka yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya Aku ini adalah pelindungmu. Maka tatkala kedua pasukan itu telah saling berhadapan, setan itu balik ke belakang seraya berkata: Sesungguhnya aku lepas darimu, sesunguhnya aku dapat melihat apa yang tidak dapat kau lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah dan Allah itu sangat keras siksanya.” (Al-Anfal: 48).

Sebelum peristiwa itu, yakni pada waktu berlangsungnya baiat yang populer dalam sejarah disebut Baitul Aqabah sebelum Nabi SAW hijrah. Untuk menghadapi seabrek godaan setan itu, Nabi SAW tetap terlindung dan terpelihara dari segala macam rongrongan dan kejahatan. Misalnya: tatkala Nabi SAW sedang minum obat, ada yang berkata kepadanya: “Kiranya penyakit yang dideritanya itu sejenis paru-paru.” Beliau spontan menjawab: “Tidak, itulah dari setan, sedang setan tidak dibiarkan oleh Allah berbuat sesuatu terhadap diriku.”

Di sisi lain, mungkin muncul pertanyaan bagaimana dengan firman Allah: “Dan jika engkau ditimpa sesuatu godaan, maka berlindunglah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-A'raf: 200). Maksud ayat itu bukan tertuju khusus kepada Nabi SAW, tapi kepada umatnya, seperti perintah-perintah lain, yang menurut susunan kalimatnya seakan-akan dihadapkan kepada Nabi SAW. Namun yang dituju adalah umatnya.

Demikian pula firman Allah: “Dan Kami mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun, dan tidak pula seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan-keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, Allah menguatkan ayat-ayat-Nya, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.”

Dalam menafsirkan ayat yang satu ini, banyak ulama tergelincir karena kalimat (tamanna) diartikan membaca. Sebagai dalilnya dikemukakan kisah Al-Gharanieq yang bohong dan isapan jempol semata, baik dilihat dari segi akal maupun naqal.

Tahukah anda apakah kisah Al-Gharanieq itu ? Itu sebuah kisah yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam, yang kemudian termakan oleh sebagian orang. Konon, Nabi SAW pernah membaca surat Wannajmi hingga sampai ke ayat: Pantaskah kalian menganggap Al-Latta, Al-Uzza, dan Al-Manat ketiganya yang paling kemudian. Lalu meluncurlah dari mulut Nabi SAW sebagai tambahan kalimat-kalimat: “Itulah berhala-berhala tinggi yang diharapkan syafaatnya.” Setelah itu, maka Nabi SAW sujud dan diikuti oleh orang-orang Islam, serta berhala-berhalanya”.

Dalam riwayat yang lain, setanlah yang menginginkan kata-kata itu melalui lidah Nabi SAW karena Beliau menginginkan sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada kaumnya. Maka, setelah kejadian itu hati beliau menjadi sedih, dan Allah menurunkan ayat tersebut untuk menghibur kegundahan hati Nabi SAW. Demikianlah kisah-kisah bohong yang sengaja dihembuskan oleh musuh-musuh Islam mengenai kisah Al-Gharanieq.

Tafsiran ayat itu yang benar dan sah seperti yang diuraikan oleh As-Syaikh Abdul Aziz Ab-Dabbagh, bahwa Allah tidak mengutus seorang Rasul atau Nabi melainkan Rasul itu mengharapkan sepenuhnya dan menginginkan dengan sungguh-sungguh agar umatnya beriman. Sebagaimana firman Allah: “Maka, barangkali kamu membinasakan dirimu, karena bersedih hati, sesudah mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini.” (Al-Kahfi: 6).

Dalam surat Yunus: 103: “Dan sebagian besar manusia tidak beriman, walaupun kamu sangat mengingnkannya.” Juga di dalam surat Yunus: 99: “Apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya.”

Umat yang dihadapi para Nabi dan Rasul itu berbeda-beda, seperti firman Allah: “Akan tetapi mereka berselisih, maka diantara mereka ada yang beriman, dan ada diantaranya yang kafir.” (Al-Baqarah: 253).

Begitulah polah tingkah setan yang sudah berjanji kepada Allah untuk selalu menggoda manusia terus berlanjut sampai kiamat tiba. Sebuah hadist dari Ibnu Mas'ud, bahwa Nabi SAW bersabda: “Tak seorang pun diantara kalian, melainkan Allah mengikutsertakan kepadanya seorang jin dan malaikat.” Ada sahabat yang bertanya: “Apakah engkau juga demikian, ya Rasulullah ?” Nabi menjawab, “Juga aku. Hanya saja Allah menolongku, maka aku terlindung dari gangguannya.”

Meskipun Allah sudah menggaransi untuk melindungi Nabi SAW dari gangguan setan, toh Rasulullah secara tegas tetap menyatakan perang dengan setan, sekaligus memberi teladan bagaimana cara kita menghadapi setan, yakni hanya dengan memohon perlindungan kepada Allah. Tentu, sebagai umatnya kita pun harus pegang prinsip tak ada kompromi dengan setan.

ILMU LADUNI

ILMU LADUNI


“ Barang siapa yang menjadikan kisah nabi Khidir as dengan nabi Musa as sebagai alasan untuk menggantikan wahyu dengan ilmu laduni –sebagaimana pendapat orang- orang yang tidak mendapatkan taufik dari Allah-, maka orang itu adalah atheis dan zindiq, karena sesungguhnya nabi Musa as tidaklah diutus kepada nabi Khidir as, dan nabi Khidir pun tidak diperintahkan untuk mengikuti nabi Musa as “ ( Ibnu Abdul Izz Al Hanafi)

Ahmad Zein MA,Cairo
Kita akan memperluaskan sedikit pembahasan tentang Ilmu laduni ini, karena semakin banyak orang Islam yang mengaku telah memiliki ilmu aneh ini, kemudian membuat kekacauan dikalangan umat Islam. Sehingga, perlu bagi seorang muslim yang ingin menjaga aqidahnya untuk mengetahui hakekat ilmu laduni tersebut. Disana ada beberapa pertanyaan : Mungkinkah ilmu laduni ini bisa dicari ? Apakah ilmu ini merupakan pemberian Allah kepada orang-orang tertentu, sehingga tidak semua orang bisa memilikinya ? Apakah orang yang memiliki ilmu ini sudah sampai derajat keimanan yang sangat kuat, sehingga dibolehkan meninggalkan sebagian kewajibannya sebagai orang muslim, sebagaimana diyakini oleh sebagian orang ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut insya Allah akan terjawab dalam tulisan di bawah ini

Menelurusi hakikat ilmu Laduni


Kalau kita buka lembaran Al Quran, ternyata hanya ada satu tempat yang menyebutkan “ ilmu laduni “ secara jelas, yaitu di dalam surat Al Kahfi ayat 65. Walaupun harus diakui, ada ayat-ayat lain yang mungkin mencakup pembahasan ilmu laduni ini, tetapi secara tidak langsung. Allah berfirman menceritakan nabi khidhir as. :
“ Maka mereka berdua ( Nabi Musa dan pembantunya ) mendapatkan seorang hamba dari hamba-hamba Kami ( yaitu nabi khidir), yang telah Kami anugrahi rohmat dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami ( Allah ). “ ( QS. Al Kahfi; 65 )

Ayat diatas adalah dasar pembahasan ilmu laduni, bahkan salah satu ayat yang dijadikan referensi utama oleh kelompok tertentu untuk membenarkan keyakinan mereka yang sesat. Mereka menjadi sesat karena menafsirkan ayat tanpa ada dasar keilmuan yang jelas.

Ayat diatas menyebutkan lafadh “ Ladunna “( huruf akhir adalah “ a”) , yang berarti : “ dari sisi Kami ( Allah ) “ , Ilmu Ladunna berarti ilmu dari sisi Allah. Yang kemudian berkembang dan menjadi ilmu Ladunni ( pakai huruf “ i “).

Kita belum mengetahui secara pasti, mulai kapan istilah ilmu laduni itu muncul, ( walaupun sebenarnya bisa diprediksikan muncul setelah abad ke 3 hijriah, bersamaan dengan munculnya kelompok-kelompok sempalan dalam Islam ) . Tapi yang jelas, ilmu laduni dinisbatkan pertama kalinya kepada Nabi Khidhhir as. Karena memang teks ayat diatas berkenan dengan cerita Nabi Khidhir as.

Ilmu laduni-nya Nabi Khidhir menurut surat Al Kahfi – difokuskan pada satu masalah saja, yaitu pengetahuan tentang masa depan, walau secara rinci digambarkan dalam tiga peristiwa, yaitu merusak kapal yang sedang berlabuh di pinggir pantai, membunuh anak kecil yang ditemukan di tengah jalan, dan memperbaiki dinding yang mau roboh.

Kalau kita padukan antara ilmu laduni dengan ketiga peritiswa di atas, akan kita dapati benang merah yang menghubungkan antara keduanya, yang konklusinya sebagai berikut : Ilmu laduni adalah ilmu yang bersumber dari Allah swt ( dan Allah sajalah Yang memegang kunci-kunci alam ghoib ), sedang inti dari ilmu laduni yang dimiliki Nabi Khidhir as adalah pengetahuan tentang masa depan yang nota benenya adalah ilmu ghoib , berarti ilmu laduni yang diajarkan kepada nabi Khidhir adalah ilmu ghoib.

Oleh karenanya, kalau kita katakan bahwa Khidhir as adalah seoran Nabi - dan ini adalah pendapat yang benar -, maka Allah telah mengajarkan kepada Nabi Khidhir sebagian ilmu ghoib, dan ini wajar-wajar saja, karena salah satu ciri khas wahyu adalah pengetahuan tentang sebagian ilmu ghoib. Dan hal ini hanya dimiliki oleh para nabi dan utusan Allah atau orang-orang yang dikehendaki Allah swt, sebagaimana yang termaktub di dalam firman-Nya :
“ Dia-lah 9 Allah ) Yang mengetahui ghoib dan Dia tidak memperlihatkan tentang yang ghoib tersebut kepada siapapun juga. Kecuali kepada para Rosul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga ( Malaikat ) di muka dan di belakangnya “ ( QS. Jin : 26-27)

Namun seiring dengan berjalannya waktu, istilah ilmu laduni menjadi berkembang artinya. Yaitu setiap orang yang mempunyai kelebihan yang aneh-aneh ( yang diluar kewajaran manusia ), mereka menganggapnya mempunyai ilmu laduni. Seperti kalau kita melihat seseorang berjalan diatas air, atau mengetahui kejadian pada masa yang akan datang , atau dia bisa masuk batu dan selamat dari kepungan musuh atau bisa melihat sesuatu kemudian menjadi hancur dan lain-lainnya. Bukan hanya itu saja, orang yang bisa menghafal sesuatu dengan cepat, atau mampu menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam ujian, tanpa kelihatan dia belajar sebelumnya, sering di klaim, telah memiliki ilmu laduni. Maka jika sekarang, ada orang yang tiba-tiba mengaku mempunyai ilmu laduni, bisa nggak kita mempercayainya?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, kita harus merinci dahulu permasalahannya, pada point-point di bawah ini :

1. Kalau yang dia maksudkan ilmu laduni seperti yang dimiliki nabi Khidir as, atau sejenisnya, maka kita tidak boleh mempercayainya sama sekali, karena itu hanya dimiliki oleh para nabi. Kalau dia mengakui memilikinya, sama saja kalau dia mengaku mendapatkan wahyu dari langit atau dengan kata lain dia mengaku nabi, karena yang didapat nabi Khidir tidak lebih dari pada sebuah wahyu.

Seseorang mungkin bisa mengetahui ilmu ghoib dengan perantara Jin atau syetan. Karena Jin dan syetan sering mencuri pendengaran tentang hal-hal ghoib dari langit. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Al Hijr : 17-18,

“ Dan Kami jaga langit-langit tersebut dari syetan yang terlaknat, kecuali mereka yang mencuri pendengaran ( dari hal-hal yang ghoib ) , maka dia akan dikejar oleh batu api yang nyata “

Ayat – ayat senada juga bisa dilihat di dalam surat As Shoffat :10 dan surat Jin: 9.

2. Tapi kalau yang dia maksudkan ilmu laduni adalah ilmu-ilmu kanuragan ( ilmu kesaktian ) yang ia dapatkan dengan latihan-latihan tertentu, seperti bertapa di tengah sungai selama 40 hari 40 malam, atau puasa selama 40 hari berturut-turut, atau dengan hanya makan nasi putih saja tanpa lauk dalam jangka waktu tertentu atau dengan cara-cara lain yang sering dikerjakan orang. Maka kita akan teliti dahulu, apakah cara-cara seperti itu pernah diajarkan oleh Rosulullah saw dan para sahabatnya atau tidak ? Kalau jawabannya tidak, berarti dia mendapatkan ilmu tersebut dengan meminta bantuan dari jin dan syetan. Sebagaimana kita banyak dapati sebagian orang bisa kaya mendadak dengan meminta bantuan Jin dan Syetan. Perbuatan seperti ini dilarang oleh Islam, sebagaimana firman Allah didalam surat Jin : 6

“ Dan sesungguhnya ada diantara manusia yang meminta perlindungan dari segolongan Jin , maka segolongan Jin itu hanya aka menambah kepada mereka kesusahan. “

Kita dapati banyak orang pada zaman sekarang yang memelihara Jin untuk memperoleh kekayaan dengan cepat, akhirnya dia menjadi “ tumbal” jin yang ia pelihara. Jin itu memangsa tuannya sendiri. Sungguh Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

3. Jika ilmu laduni tersebut dia dapatkan dengan bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan perintah- perintahNya serta menjauhi segala larangan-Nya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosulullah saw, maka kita harus percaya kepadanya, tetapi tidak kita sebut ilmu laduni, kita sebut karomah atau ilham atau firasat, menurut jenis kelebihan yang ia punyai. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah : 282

“ …dan bertaqwalah kamu kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarimu …”

Firman Allah di dalam surat Al Hijr : 75

“ Dan sesungguhnya pada peristiwa tersebut ( hancurnya kaum Luth ) merupakan tanda bagi orang- orang yang mempunyai firasat “

Dan banyak dalil –dalil lain yang menyebutkan adanya istilah-istilah tersebut dalam ajaran Islam .

Perlu di garis bawahi, bahwa orang yang punya kelebihan tersebut tidak akan mengaku- ngaku atau mengumumkan ilmu yang ia miliki di depan umum , kecuali kalau ada maslahat dibalik pemberitahuannya, sehingga dengan terpaksa dia memberitahukan ilmunya itu kepada orang lain. Wallahu a’lam.

Beberapa catatan penting



Ada beberapa hal yang perlu penulis tambahkan disini:

(1) Yang pertama :
Bahwa nabi Khidir as tidak diutus kepada nabi Musa as. , sehingga nabi Musa harus mengikuti ajaran nabi Khidir

(2) Yang kedua :
Nabi khidir as,– menurut sebagian para ulama- diutus kepada kaum tertentu, sebagaimana nabi Musa as hanya diutus kepada Bani Israil. Dan suatu hal yang sangat wajar sekali, apabila di satu zaman ada dua nabi atau lebih. Buktinya ? Dalam surat Yasin ayat 13-14, Allah berfirman :

“ Berikan ( wahai Muhammad ) kepada mereka sebuah permitsalan para penduduk suatu negri , ketika datang kepada mereka para utusan Allah . Ketika Kami utus kepada mereka 2 orang rosul, maka mereka mendustakan keduanya, maka Kami perkuat dengan rosul yang ketiga, mereka berkata ; “ Sesungguhnya kami adalah utusan Allah kepada kamu sekalian “

Contoh yang lain adalah nabi Ibrohim, Ismail, Ishaq dan nabi Luth mereka hidup dalam satu zaman. Begitu juga nabi Daud dan Sulaiman, nabi Ya’qub dan Yusuf , nabi Musa , Harun dan Syu’aib, dan terakhir nabi Zakaria, Isa dan Yahya.

(3) Yang ketiga :
Nabi Khidir as juga bukan pengikut nabi Musa as dan tidak diperintahkan untuk mengikutinya, sehingga boleh-boleh saja bagi nabi Khidir as, berbuat tidak seperti apa yang diajarkan nabi Musa as, karena setiap nabi mempunyai manhaj dan syareah yang berbeda-beda.

Kemudian setelah itu datang orang Islam “ yang nyleneh ” mengaku sebagai wali Allah dan mempunyai ilmu laduni , sehingga membolehkan dirinya keluar – atau tidak mengikuti syareah yang di bawa nabi Muhammad saw.( Na’udzibillahi mindzalik).

Jangankan dia, yang namanya nabi Isa as saja, nantinya kalau turun ke bumi lagi untuk membunuh Dajjal, akan ikut dan patuh dengan syareat nabi Muhammad saw.

Berkata Ibnu Abdil Izz al Hanafi :
“ Barang siapa yang menganggap dirinya dengan nabi Muhammad saw sebagaimana nabi Khidir as, dengan nabi Musa as, atau membolehkan orang lain mengerjakan seperti itu( artinya membolehkan orang lain untuk mbalelo dari ajaran Islam ) maka hendaklah dia memperbaharuhi keislamannya , dan mengucapkan syahadat sekali lagi dengan penuh kesungguhan. Karena dengan perbuatannya itu , dia telah keluar dari Islam …..dia bukannya wali Allah , tetapi sebenarnya dia adalah wali syetan. Inilah yang membedakan antara orang- orang zindiq dengan orang-orang yang istiqomah di dalam ajaran Islam, maka perhatikan baik-baik “

(4 ) Yang terakhir :
Nabi Khidir as, menurut pendapat yang benar , telah mati sebagaimana manusia lainnya akan mati. Dalilnya sebagaimana firman Allah di dalam QS Al Anbiya ‘ : 34-35 , :

“ Dan Kami ( Allah ) tidak menjadikan seorang manusia-pun sebelum kamu ( wahai Muhammad) abadi, maka apabila engkau mati, apakah mereka akan abadi ??. Setiap jiwa akan merasakan kematian. Dan Kami akan menimpakan kepada kamu sekalian kejelekan dan kebaikan sebagai ujian bagi kamu. Dan kepada Kami-lah kamu sekalian akan dikembalikan . “

Sumber : al-ukhuwah.com


Ensiklopedia Islam : Ilmu Laduni


Pengetahuan yang diperoleh seseorang yang saleh dari Allah SWT melalui ilham dan tanpa dipelajari lebih dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, ilmu tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, melainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dan karunia Allah SWT.

Di dalam tasawuf dibedakan tiga jenis alat untuk komunikasi rohaniah, yakni kalbu (hati nurani) untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan, roh untuk mencintai-Nya dan bagian yang paling dalam yakni sirr (rahasia) untuk musyahadah (menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah SWT secara yakin sehingga tidak terjajah lagi oleh nafsu amarah) kepada-Nya.

Meski dianggap memiliki hubungan misterius dengan jantung secara jasmani, kalbu bukanlah daging atau darah, melainkan suatu benda halus yang mempunyai potensi untuk mengetahui esensi segala sesuatu.
Lapisan dalam dari kalbu disebut roh; sedangkan bagian terdalam dinamakan sirr, kesemuanya itu secara umum disebut hati. Apabila ketiga organ tersebut telah disucikan sesuci-sucinya dan telah dikosongkan dari segala hal yang buruk lalu diisi dengan dzikir yang mendalam, maka hati itu akan dapat mengetahui Tuhan.

Tuhan akan melimpahkan nur cahaya keilahian-Nya kepada hati yang suci ini. Hati seperti itu diumpamakan oleh kaum sufi dengan sebuah cermin. Apabila cermin tadi telah dibersihkan dari debu dan noda-noda yang mengotorinya, niscaya ia akan mengkilat, bersih dan bening. Pada saat itu cermin tersebut akan dapat memantulkan gambar apa saya yang ada dihadapannya.

Demikian juga hati manusia. Apabila ia telah bersih, ia akan dapat memantulkan segala sesuatu yang datang dari Tuhan. Pengetahuan seperti itu disebut makrifat musyahadah atau ilmu laduni. Semakin tinggi makrifat seseorang semakin banyak pula ia mengetahui rahasi-rahasia Tuhan dan ia pun semakin dekat dengan Tuhan. Meskipun demikian, memperoleh makrifat atau ilmu laduni yang penuh dengan rahasia-rahasia ketuhanan tidaklah mungkin karena manusia serba terbatas, sedangkan ilmu Allah SWT tanpa batas, seperti dikatakan oleh Al-Junaid, seorang sufi modern, "Cangkir teh tidak akan dapat menampung segala air yang ada di samudera."

Keberadaan dan status ilmu laduni bukan tanpa alasan. Para sufi merujuk keberadaan ilmu ini pada Alquran (QS Al Kahfi [18]:60-82) yang memaparkan beberapa episode tentang kisah Nabi Musa AS dan Khidir AS. Kisah tersebut dijadikan oleh para sufi sebagai alasan keberadaan dan status ilmu laduni. Mereka memandang Khidir AS sebagai orang yang mempunyai ilmu laduni dan Musa AS sebagai orang yang mempunya pengetahuan biasa dan ilmu lahir. Ilmu tersebut dinamakan ilmu laduni karena di dalam surah al-Kahfi ayat 65 disebutkan: "wa'allamnahu min ladunna 'ilman.." (..dan yang telah Kami ajarkan kepadanya (Khidir AS) ilmu dari sisi Kami). Dengan demikian ilmu yang diterima langsung oleh hati manusia melalui ilham, iluminasi (penerangan) atau inspirasi dari sisi Tuhan disebut ilmu laduni.

TUJUH PINTU NERAKA


 TUJUH PINTU NERAKA

“Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa yang ditentukan)” (Qs al Hijr :44)




Diriwayatkan dalam Anwar Nu'maniyah dan Biharul Anwar bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saww memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:

1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.

2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.

3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).

4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.

5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.

6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.


Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saww maminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.

Lalu, Nabi saww mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika siuman beliau berkata: “Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"

Kemudian Nabi saww mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya: “Mengapa beliau begitu berduka?” Namun beliau tidak menjawab.

Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah gerinda sambil membaca ayat “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (al-A'la:17). Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saww). Setelah mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadur) yang memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai”.

Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda, Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah, demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau memperhatikan dan mengambil pelajaran?”

Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, “Mengapa Ayahanda menangis?” Nabi saww menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab”.

Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan. Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?” Nabi saww menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan azab-azab yang lainya.

Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis dan meratap, "Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab”. Bilal yang tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka). Masihkah kita memandang remeh ancaman siksa neraka? Atau biarkan diri kita lalai dan sibuk dengan kesenangan dunia yang sementara ini?

Bahaya Tama'im (Jimat)

Bahaya Tama'im (Jimat)

Suatu ketika, datang rombongan yang terdiri atas 10 orang menghadap Nabi Muhammad SAW untuk berbaiat (menyatakan masuk Islam). Lalu Rasulullah SAW membaiat yang sembilan orang dan menahan yang seorang lainnya. Para sahabat bertanya, ''Mengapa engkau menahan yang seorang lagi ya Rasulullah.'' Beliau menjawab, ''Sesungguhynya di pundaknya terdapat jimat.''

Akhirnya, laki-laki itu membuang jimat yang ada di tubuhnya. Setelah itu baru Rasulullah SAW membaiatnya seraya bersabda, ''Barangsiapa yang menggantungkan jimat, sesungguhnya dia telah melakukan perbuatan syirik.'' (HR Ahmad, Al-Hakim, dan Abu Ya'la dengan isnad jayyid).

Hadis tersebut menyiratkan larangan kepada kaum Muslimin untuk melakukan hal-hal yang berbau klenik. Memasang jimat untuk menolak bala, mengandalkan jampi-jampi untuk menolak penyakit, dan memakai guna-guna untuk mencelakakan orang lain adalah bagian dari hal yang berbau klenik. Tindakan seperti ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Istilah yang sering kita kenal sebagai jimat, dalam Islam dinamakan tama'im (tamimah), yaitu sesuatu yang mereka gantungkan pada anak-anak mereka untuk mengusir jin, penyakit mata, dan lain-lain. Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat, dan tiwalah (guna-guna yang dipakai wanita untuk menjadikan suaminya cinta kepadanya) adalah syirik.'' (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi, dan Hakim).

Para sahabat dan tabi'in juga sangat membenci jimat-jimat. Hudzaifah pernah melihat seorang laki-laki yang menggantungkan benang sebagai jimat, lalu beliau membacakan ayat yang terdapat dalam surat Yunus ayat 106, ''Dan jangan engkau seru sesuatu dari selain Allah apa yang tidak memberi manfaat maupun madharat kepada kamu ....''

Diriwayatkan dari Ibrahim An Nakha'i, salah seorang pembesar tabi'in, berkata, ''Mereka (para sahabat) membenci semua bentuk jimat, baik yang dari Alquran maupun bukan dari Alquran. Berdasarkan dalil-dalil yang mu'tabar pelarangan terhadap semua bentuk jimat, jampi-jampi, dan guna-guna bagi orang mukmin itu dilatari beberapa alasan.

Pertama, Nabi Muhammad SAW mengingkari orang yang memakai tamimah (jimat), baik tamimah itu dari ayat Alquran maupun bukan. Kedua, untuk mengantisipasi kemungkinan makin meluasnya penggunaan jimat. Orang yang menggantungkan Alquran menjadi jimat, suatu ketika akan menggantungkan hal yang lain untuk kepentingan yang sama.

Ketiga, perbuatan semacam itu sama dengan merendahkan dan menghina Alquran. Orang yang memakainya akan membawanya ke tempat-tempat najis, buang air, istinja', kadang-kadang janabah atau digunakan oleh wanita yang sedang haid.

Karena itu, sangat tepat pendapat yang mengatakan bahwa semua jimat, jampi-jampi, dan guna-guna itu terlarang. Bahkan, Rasulullah SAW telah mendoakan orang-orang yang memakainya dengan doa, ''Barangsiapa yang menggantungkan jimat, mudah-mudahan Allah tidak menyempurnakan urusannya. Dan barangsiapa yang menggantungkan benda keramat (sebagai penangkal), mudah-mudahan Allah tidak memberi perlindungan kepadanya.'' Wallahu a'lam. (Suprianto/RioL )

Rahasia Syetan

Rahasia Syetan

 Dikisahkan Nabi Yahya as bertemu dengan iblis yang sedang membawa sesuatu barang. Kepada iblis Nabi Yahya menanyakan untuk apa barang itu? Iblis menjawab, barang itu syahwat untuk memancing anak cucu Adam.

"Adakah dalam diriku sesuatu yang dapat engkau pancing?" tanya Nabi Yahya. Jawab Iblis, "Tidak ada. Hanya pernah terjadi pada suatu malam, engkau makan agak kenyang, dan kami dapat menarikmu sehingga engkau merasa berat mengerjakan shalat."

"Kalau begitu, aku tidak akan makan terlalu kenyang lagi selama hidupku," kata Nabi Yahya. "Wow, sungguh menyesal sekali kami buka rahasia ini. Mulai saat ini, kami tidak akan menceritakan rahasia ini kepada siapapun," iblis menyambung.

Kisah yang dinukil dari kitab Minhajul Abidin karangan Imam Al-Ghazali tersebut, setidaknya dapat dipetik sebagai pelajaran berkaitan dengan isi perut. Bahwa untuk menjaga perut agar tidak terlalu kenyang, apalagi yang tercampur dengan barang haram dan syubhat, bukan hal yang sederhana. Karena bukan hal sederhana, maka manfaat dan ganjaran yang didapat tidak kecil. Dituntut kemampuan mengendalikan hawa nafsu.

Bukankah syetan gemar mendorong manusia menikmati makanan-minuman seenak dan sebanyak mungkin. Tetapi syetan juga mengarahkan kita mendekati barang-barang syubhat, untuk menceburkan kita ke dalam hal yang haram.

Al-Ghazali menguraikan bahaya yang timbul oleh perut yang kelewat kenyang dan mengkonsumsi barang haram/syubhat, seperti dikutip berikut ini: .

1. Terlalu banyak makan dan minum dapat membuat badan terasa berat, lesu, sifat malas, dan perilaku iseng. Juga ingin selalu melihat hal-hal haram, yang tidak bermanfat, dan berlebihan. Akal, pikir dan pengetahuan pun menjadi sempit. .

2. Kebanyakan makan akan menyebabkan manusia malas dalam menjalankan ibadah. .

3. Kebanyakan makan juga akan menjerumuskan pada perbuatan syubhat dan haram. Sedangkan makanan haram dan syubhat menjadi penghalang bagi datangnya taufik dan hidayah dari Allah swt. Perut yang dipenuhi makanan yang haram dan syubhat juga akan menjadikan si pemiliknya terhalang berbuat kebaikan. Malas berkecimpung pada hal-hal yang mengandung kemaslahatan, untuk diri dan orang lain. .

Makanan halal yang kita konsumsi pada hakikatnya adalah bekal untuk beribadah. Bila porsi itu sudah terpenuhi, lalu melewati batas itu, berarti pemborosan yang berarti berkawan dengan syaithonirrajim. Semoga kita berkemampuan menghindarinya. .

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu tidak datang kepadamu melainkan sebagai bekal. Dan yang haram datang kepadamu dengan melimpah." .

Sekalipun makanan itu halal, tidak menjadi alasan untuk menikmati dengan tak terkendali. Beliau saw mengatakan, "Janganlah kamu mematikan hati dengan makan dan minum berlebihan, meskipun makanan dan minuman itu halal. Sebab hati ibarat tumbuh-tumbuhan, jika terlalu banyak disiram ia akan mati." .

Sementara Abu Ja'far menasihatkan, perut jika lapar membuat seluruh anggota badan tidak banyak menuntut dan merasa tenteram. Tetapi jika kenyang, maka anggota tubuh lainnya menjadi lapar, banyak tuntutannya. .

Semoga kita mampu menjaga perut dari hal-hal yang merugikan masa depan kita, dunia dan akhirat. ( Hidayatullah, edisi Maret 2001 )

Jumat, 03 Februari 2012

SIHIR, PARANORMAL DAN PRAKTEK PERDUKUNAN DALAM ISLAM

SIHIR, PARANORMAL DAN PRAKTEK PERDUKUNAN DALAM ISLAM

Indonesia adalah tempat yang subur untuk perdukunan. Negara ini seolah terbelenggu dengan perdukunan. Jual tanah saja harus pergi ke dukun, mau usahanya lancar, mau jabatannya bertahan, mau punya wibawa dan ditakuti bawahan harus pergi ke dukun. Walaupun mungkin sebutan dukun sekarang kalah populer dengan paranormal atau pensehat spiritual, ditambah lagi oleh mitos-mitos yang berkembang di nusantara ini, seperti orang hamil harus membawa gunting, angka 13 adalah angka sial, diperparah lagi oleh tayangan mistik dan klenik yang berkembang pesat di dunia pertelevisian kita, dan ironinya mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Dari data yang ada, sekitar 149 tayangan misteri di TV kita. Di kantor terkumpul jimat dari harga yang terendah Rp 100 dan termahal Rp 1 milyar.

Dunia sihir dan perdukunan erat kaitannya dengan dunia jin dan setan, karenanya pada kesempatan ini perlu kiranya kita menyimak pandangan Islam tentang dunia jin.

Prinsip-prinsip Islam Mengenai Jin dan Setan


1. Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sumber kita dalam mengenal masalah ghaib. Setiap informasi tentang yang ghaib selain dari keduanya harus kita tolak, kecuali yang selaras dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 49:1)

2. Allah menciptakan jin dan manusia untuk satu tujuan yakni mengabdi kepada Allah Swt.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. 51:56)

3. Jin diciptakan dari percikan api neraka sebelum manusia diciptakan.

“Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. 55:15)

4. Iblis adalah keturunan jin yang membangkang dari perintah Allah, Dia bukan golongan malaikat.

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (QS. 18:50)

5. Syetan adalah sebutan bagi pembangkang dari golongan jin dan manusia, sebagai musuh dari setiap orang beriman.

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. 6:112)

6. Jin adalah ummat seperti manusia, ada yang baik dan ada yang jahat, ada yang mukmin dan ada yang kafir, agama mereka berbeda-beda, tetapi mereka harus tetap mengikuti syariat.

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS. 72:11)

7. Jin bisa melihat manusia, sedangkan manusia tidak bisa melihat jin.

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. 7:27)

8. Jin tidak dapat menampakkan diri kepada manusia, tetapi jika yang muncul sejenis sesuatu yang menakutkan seperti kuntilanak, genderuwo, dsb maka itu adalah setan yang ingin menakut-nakuti manusia tapi bukan asli jin.

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. 72:27)

9. Setiap manusia diikuti oleh dua qarin dari jin dan dari malaikat. Qarin dari malaikat selalu membisikkan kebaikan, sebaliknya qarin dari jin selalu membisikkan kejelakan dan kejahatan. Sedangkan qarin dari jin yang mendampingi Rasulullah Saw telah masuk Islam.

Tidaklah salah seorang dari kalian, kecuali telah didampingi oleh qarinnya dari golongan jin dan malaikat. Para sahabat bertanya, “Dan engkau juga ya Rasulullah/” Rasulullah menjawab, “Demikian juga dengan saya. Tetapi Allah telah membantu saya atasnya. Maka dia masuk Islam. Dan ia tidak memerintahkan saya kecuali dalam kebaikan” (HR. Muslim)

10. Memohon perlindungan kepada jin adalah haram, seperti minta perlindungan terhadap dirinya, kesehatannya, keselamatannya, hartanya, rumahnya, kantornya, kebunnya, kenadaraannya, jabatannya, usahanya, agamanya, dsb.

Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. 72:6)

11. Jin bisa merasuk ke dalam jasad manusia dan mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw:

“Sesungguhnya syaitan itu mengalir dari tubuh manusia melalui jalan darah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Syetan atau jin pembangkang tidak akan mampu menguasai orang yang beriman dan selalu bertawal kepada Allah.

Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (QS. 16:99)

13. Orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan syirik, mereka mendapat jaminan keamanan dan jaminan petunjuk dari Allah.

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 6:82)

14. Gangguan jin terhadap manusia dengan merasuk ke dalam jasadnya adalah tindakan zhalim. Terapinya adalah dengan cara membersihkan keimanannya, meluruskan ibadahnya dengan memperbanyak dzikir.

15. Terapi secara syar’i adalah bagian dari jihad fi sabilillah melawan syaitan maka kita haruslah tetap istiqamah di atas jalan yang haq.

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. 35:6)

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (QS. 4:76)


Demikianlah makalah yang sederhana ini, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua dalam rangka menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar dan menjaga kemurnian aqidah kita. (ikadi)



PINTU-PINTU MASUKNYA SYETAN

PINTU-PINTU MASUKNYA SYETAN

Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati.

Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati. Kalau kita ingin memiliki kemampuan untuk menjaga pintu agar tidak diserbu syetan, kita harus mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan syetan sebagai jalan untuk menguasai benteng tsb. Melindungi hati dari gangguan syetan adalah wajib oleh karena itu mengetahui pintu masuknya syetan itu merupakan syarat untuk melindungi hati kita maka kita diwajibkan untuk mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan jalan untuk menguasi hati manusia.

Pintu tempat masuknya syetan adalah semua sifat kemanusiaan manusia yang tidak baik. Berarti pintu yang akan dimasuki syetan sebenrnya sangat banyak, Namun kita akan membahas pintu-pintu utama yang dijadikan prioritas oleh syetan untuk masuk menguasai manusia. Di antara pintu-pintu besar yang akan dimasuki syetan itu adalah:


1. Marah


Marah adalah kalahnya tentara akal oleh tentara syetan. Bila manusia marah maka syetan bisa mempermainkannya seperti anak-anak mempermainkan kelereng atau bola. Orang marah adalah orang yang sangat lemah di hadapan syetan.


2. Hasad


Manusia bila hasud dan tamak menginginkan sesuatu dar orang lain maka ia akan menjadi buta. Rasulullah bersabda:” Cintamu terhadap sesuatu bisa menjadikanmu buta dan tuli” Mata yang bisa mengenali pintu masuknya syetan akan menjadi buta bila ditutupi oleh sifat hasad dan ketamakan sehingga tidak melihat. Saat itulah syetan mendapatkan kesempatan untuk masuk ke hati manusia sehingga orang itu mengejar untuk menuruti syahwatnya walaupun jahat.


3. Perut kenyang


Rasa kenyang menguatkan syahwat yang menjadi senjata syetan. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Iblis pernah menampakkan diri di hadapan Nabi Yahya bin Zakariyya a.s. Beliau melihat pada syetan beberapa belenggu dan gantungan pemberat untuk segala sesuatu seraya bertanya. Wahai iblis belenggu dan pemberat apa ini? Syetan menjawab: Ini adalah syahwat yang aku gunakan untuk menggoda anak cucu Adam. Yahya bertanya: Apa hubungannya pemberat ini dengan manusia ? Syetan menjawab: Bila kamu kenyang maka aku beri pemberat sehingga engkau enggan untuk sholat dan dzikir. Yahya bertanya lagi: Apa lainnya? Tidak ada!

Jawab syetan. Kemudian Nabi Yahya berkata: Demi Allah aku tidak akan mengenyangkan perutku dengan makanan selamanya. Iblis berkata. Demi Allah saya tidak akan memberi nasehat pada orang muslim selamanya.

Kebanyakan makan mengakibatkan munculnya enam hal tercela:
1. Menghilangkan rasa takut kepada Allah dari hatinya.
2· Menghilangkan rasa kasih sayang kepada makhluk lain karena ia mengira bahwa semua makhluk sama kenyangnya dengan dirinya.
3· Mengganggu ketaatan kepada Allah
4· Bila mendengarkan ucapan hikmah ia tidak mendapatkan kelembutan
5· Bila ia bicara tentang ilmu maka pembicaraannya tidak bisa menembus hati manusia.
6· Akan terkena banyak penyakit jasmani dan rohani


4. Cinta perhiasan dan perabotan rumah tangga


Bila syetan melihat hati orang yang sangat mencintai perhiasan dan perabotan rumah tangga maka iblis bertelur dan beranak dan menggodanya untuk terus berusaha melengkapi dan membaguskan semua perabotan rumahnya, menghiasi temboknya, langit-langitnya dst. Akibatnya umurnya habis disibukkan dengan perabotan rumah tangga dan melupakan dzikir kepada Allah.


5. Tergesa-gesa dan tidak melakukan recheck


Rasulullah pernah bersabda: Tergesa-gesa termasuk perbuatan syetan dan hati-hati adalah dari Allah SWT.

Allah berfirman: ”Manusia diciptakan tergesa-gesa” dalam ayat lain itegaskan: “Sesungguhnya manusia itu sangat tergesa-gesa. Mengapa kita edilarang tergesa-gesa? Semua perbuatan harus dilakukan dengan pengetahuan dan penglihatan mata hati. Penglihatan hata hati membutuhkan perenungan dan ketenangan.

Sedangkan tergesa-gesa menghalangi itu semua. Ketika manusia tergesa-gesa dalam melakukan kewajiban maka syetan menebarkan kejahatannya dalam diri manusia tanpa disadari.


6. Mencintai harta


Kecintaan terhadap uang dan semua bentuk harta akan menjadi alat hebat bagi syetan. Bila orang memiliki kecintaan kuat terhadap harta maka hatinya akan kosong. Kalau dia mendapatkan uang sebanyak satu juta di jalan maka akan muncul dari harta itu sepuluh syahwat dan setiap syahwat membutuhkan satu juta. Demikianlah orang yang punya harta akan merasa kurang dan menginginkan tambahan lebih banyak lagi.


7. Ta’assub bermadzhab dan meremehkan kelompok lain.


Orang yang ta’assub dan memiliki anggapan bahwa kelompok lain salah sangat berbahaya. Orang yang demikian akan banyak mencaci maki orang lain. Meremehkan dan mencaci maki termasuk sifat binatang buas.

Bila syetan menghiasi pada manusia bahwa taassub itu seakan-akan baik dan hak dalam diri orang itu maka ia semakin senang untuk menyalahkan orang lain dan menjelekkannya.


8. Kikir dan takut miskin.


Sifat kikir ini mencegah seseorang untuk memberikan infaq atau sedekah dan selalu menyeru untuk menumpuk harta kekayaan dan siksa yang pedih adalah janji orang yang menumpuk harta kekayaan tanpa memberikan haknya kepada fakir miskin. Khaitsamah bin Abdur Rahman pernah berkata: Sesungguhnya syaitan berkata:

Anak cucu Adam tidak akan mengalahkanku dalama tiga hal perintahku: Aku perintahkan untuk mengambil harta dengan tanpa hak, menginfakkannya dengan tanpa hak dan menghalanginya dar hak kewajibannya (zakat).

Sufyan berkata: Syetan tidak mempunyai senjata sehebat senjata rasa takutnya manusia dari kemiskinan.

Apabila ia menerima sifat ini maka ia mengambil harta tanpa hak dan menghalanginya dari kewajiban zakatnya.


9. Memikirkan Dzat Allah


Orang yang memikirkan dzat Allah tidak akan sampai kepada apa yang diinginkannya ia akan tersesat karena akal manusia tidak akan sampai kesana. Ketika memikirkan dzat Allah ia akan terpeleset pada kesyirikan.

10. Suudzon terhadap orang Islam ghibah.


Allah berfirman dalam Surat Al Hujuroot 12 sbb.:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ(12)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Rasulullah pernah bersabda: Jauhillah tempat-tempat yang bisa memunculkan prasangka buruk.

Kalau ada orang yang selalu suudzdzon dan selalu mencari cela orang lain maka sebenarnya ia adalah orang yang batinnya rusak. Orang mukmin senantiasa mencari maaf dan ampunan atetpi orang munafik selalu mencari cela orang lain.

Itulah sebagian pintu-pintu masuknya syetan untuk menguasai benteng hatinya. Kalau kita teliti secara mendetail kita pasti tidak akan mempu menghitus semua pintu masuknya syetan ke dalam hati manusia Sekarang bagiamana solusi dari hal ini? Apakah acukup dengan zikrullah dan mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illa billah”? ketahuilah bahwa upaya untuk membentengi hati dari masuknya serbuan syetaan adalah dengan menutup semua pintu masuknya syetan dengan membersihkan hati kita dari sifat-sifat tercela yang disebutkan di atas. Bila kita bisa memutuskan akar semua sifat tercela maka syetan mendapatkan berbagai halangan untuk memasukinya ia tidak bisa menembus ke dalam karena zikrullah. Namun perlu diketahui bahwa zikir tidak akan kokh di hati selagi hati belum dipenuhi dengan ketakwaan dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela.

Bila orang yang hatinya mamsih diliputi oleh akhlak tercela maka zikrullah hanyalah omongan jiwa yang tidak menguasai hati dan tidak akan mampu menolak kehadiran syetan. Oleh sebab itu Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ(201)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. ( Al A’raaf 201)

Perumpamaan syetan adalah bagaikan anjing lapar yang mendakati anda. Bila anda tidak memiliki roti atau daging pasti ia akan meninggalkanmu walaupun Cuma menghardiknya dengan ucapan kaita. Tapi bila di tangan kita ada daging maka ia tidak akan pergi dari kita walaupun kita sudah berteriak ia ingin merebut daging dari kita. Demikian juga hati bila tidak memiliki makanan syetan akan pergi hanya dengan dzikrullah.

Syahwat bila menguasi hati maka ia akan mengusir dzikrullah dari hati ke pinggirnya saja dan tidak bisa merasuk dalam relung hati. Sedangkan orang-orang muttaqin yang terlepas dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela maka ia akan dimasuki syetan bukan karena syahwat tapi karena kelalaian daari dzikrullah apabila ia kembali berdzikir maka syetan langsusng. Inilah yang ditegaskan firman Allah dalam ayat sebelumnya:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ(200)

Artinya: Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( Al A’roof ayat 200)

Dalam ayat lain disebutkan:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ(98)إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا

وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ(99)إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ(100)


Artinya: Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (An Nahl 98-100)

Mengapa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Bila Umar ra. Melewati suatu lereng maka syetan mengambil lereng selain yang dilewati Umar.”? Karena Umar memiliki hati yang bersih dari sifat-sifat tercela sehingga syetan tidak bisa mendekat. Kendatipun hati berusaha menjauhkan diri dari syetan dengan dzikrullah tapi mustahil syetan akan menjauh dari kita bila kita belum membersihkan diri dari tempat yang disukai syetan yaitu

syahwat, seperti orang yang meminum obat sebelum melindungi dir dari penyakit dan perut masih disibukkan dengan makanan yang kerasa dicerna. Taqwa adalah perlindungan hati dari syahwat dan nafsu apabila zikrullah masuk kedalam hati yang kosong dari zikir maka syetan mendesak mamsuk seperti masuknya penyakit bersamaan dengan dimakannya obat dalam perut yang masih kosong.Allab SWT berfirman :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ(37)

Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qoof 37)

WAllahu a’lamu bis showab.


(ikadi)