Akar masalah lancarnya pemurtadan
dan kristenisasi adalah system pendidikan Islam yang telah diselewengkan.
Kurikulum perguruan tinggi Islam tidak islami lagi, karena diambil dari hasil
eksperimen dan rancangan orientalis Barat yang misinya adalah penjajahan,
kristenisasi dan westernisasi/ pembaratan. Bahkan kurikulum IAIN, UIN, STAIN,
dan STAIS kini penekanannya pada apa yang disebut sosio histories. Masih pula
alokasinya diperluas muatan lokalnya sampai 43 persen. Muatan local yang arah
penekanannya sosio histories itu sendiri secara alokasi waktu tentunya sudah
membabat mata kuliah keislaman yang mestinya lebih didalami. Sehingga tak
mengherankan kalau dosen-dosen mata kuliah aqidah (bahkan aqidah saja sudah
diganti dengan pemikiran Islam berupa subnya, yaitu ilmu kalam) dan pengajar
mata kuliah syari’ah tentunya banyak yang nganggur atau harus mengajar mata
kuliah lain, misalnya muatan local atau malahan hermeneutika (metode tafsir
Bible) yang justru merusak pemahaman Islam. Yang tadinya mendidik mahasiswa agar
memahami Islam berubah mengajari mahasiswa agar bingung terhadap Islam atau
menjadi orang yang kerjanya mengkritisi Islam, bukan mengamalkannya dengan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Atau sementara masih mengajar tafsir namun mengajar
pula hermeneutika, sehingga diri sang dosen itu sendiri bingung (namun bisa pula
mengklaim dirinya justru lebih luas wawasannya), apalagi mahasiswanya.
Dengan system pendidikan Islam seperti itu, maka para orangtua yang
menguliahkan anak-anaknya dengan harapan agar menjadi ulama yang sholih sama
sekali harapan itu terabaikan. Yang muncul justru sarjana-sarjana agama Islam
yang pemahaman Islamnya tidak berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan manhaj
(metode pemahaman) salafus shalih (generasi awal Islam: sahabat Nabi saw,
tabi’in dan tabi’it tabi’in), namun pemahaman Islam yang hanya berlandaskan
pemikiran-pemikiran, entah benar entah salah. Karena yang dijadikan mata kuliah
dasar (semua mahasiswa harus ikut, dan yang swasta harus ujian negeri) adalah
apa yang disebut Sejarah Pemikiran Islam, yaitu tentang sekte-sekte/
aliran-aliran, tasawuf, dan filsafat. Dan apa yang disebut mata kuliah Sejarah
Kebudayaan/ Peradaban Islam yang lebih menitik beratkan kepada politik dan
peperangan serta aneka budaya di kalangan umat Islam yang tentu saja belum tentu
sesuai dengan ajaran Islam.
Akibatnya, perguruan tinggi Islam baik negeri
maupun swasta itu menghasilkan sarjana-sarjana agama Islam yang tidak faham
Islam secara benar (karena mata kulah dasarnya Sejarah Pemikiran Islam dan
Sejarah Kebudayaan/ Peradaban Islam), dan tidak sedikit yang membentuk
pemandangan aneh, yaitu bersinergi dengan pihak kafirin yang melancarkan
kristenisasi, pemurtadan, dan perusakan Islam. Kedua belah pihak (sarjana agama
Islam dan kafirin pembawa misi pemurtadan dan kristenisasi) yang seharusnya
saling berhadapan itu justru bergandeng tangan dalam melancarkan pemurtadan dan
kristenisasi, karena rahimnya sama, yaitu orientalis Barat.
Kondisi itu
didukung dan diprogramkan secara sistematis oleh penguasa yang memang sejak
merdeka 1945 dipegang oleh kaum sekuler dan senantiasa menghadapi Islam.
Akhir-akhir ini diperparah dengan kepentingan-kepentingan tertentu misalnya
untuk menambah utang kepada kekuatan dunia kafirin, atau untuk melanggengkan
kekuasaan, maka sering-sering ditunjukkan dengan pendhaliman terhadap umat
Islam, sebagai sesaji terhadap thaghut pemilik modal dan kekuatan dunia. Dan
aneka syarat yang di antaranya menekan umat Islam pun tentu dituruti. Namun
semua itu sulit dibuktikan, karena tentu saja dokumen-dokumen tidak diedarkan,
atau pembicaraan pun tidak diedarkan. Hanya saja secara logika dan kenyataan
memang terasa, karena pidato-pidato para pejabat sering membuat stigma terhadap
umat Islam. Dulu ada istilah yang membuat bulu kuduk merinding kalau pejabat
menuding umat Islam sebagai ekstrim kanan. Kini istilah itu diganti dengan
kecaman model Yahudi yaitu teroris, padahal justru Yahudilah teroris sejati yang
membantai ribuan orang Palestina. Namun stigma itu justru dicapkan terhadap umat
Islam.
Sistem pendidikan Islam di perguruan tinggi Islam yang sudah
membahayakan bagi generasi Islam di Indonesia itu kini masih ditambah lagi
bahayanya dengan dimasukkannya metode untuk menafsiri Bible yakni apa yang
mereka sebut hermeneutika, ke perguruan-perguruan tinggi Islam untuk menyaingi
metode ilmu tafsir yang sudah baku dalam Islam untuk memahami/ menafsiri
Al-Qur’an. Adian Husaini aktivis KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia
Islam) mengemukakan keprihatinannya mengenai masalah hermeneutika yang
dipompakan di perguruan tinggi Islam, di antaranya dia kemukakan:
Majalah
GATRA edisi 3 April 2004 menurunkan laporan cukup panjang tentang fenomena
kajian hermeneutika di kalangan perguruan Islam di Indonesia. Disebutkan, dua
perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Islam Negeri Jakarta dan IAIN
Yogyakarta sudah mengajarkan mata kuliah Hermenutika untuk
mahasiswanya.
Pada dasarnya, hermeneutika adalah metode tafsir Bible,
yang kemudian dikembangkan oleh para filosof dan pemikir Kristen di Barat
menjadi metode interpretasi teks secara umum. Oleh sebagian cendekiawan Muslim,
kemudian metode ini diadopsi dan dikembangkan, untuk dijadikan sebagai
alternatif dari metode pemahaman al-Quran yang dikenal sebagai ilmu tafsir. Jika
metode atau cara pemahaman al-Quran sudah mengikuti metode kaum Yahudi-Nasrani
dalam memahami Bible, maka patut dipertanyakan, bagaimanakah masa depan kaum
Muslim di Indonesia?
Di antara implikasinya, praktisi hermeneutika
dituntut untuk bersikap skeptis, selalu meragukan kebenaran dari manapun
datangnya, dan terus terperangkap dalam apa yang disebut sebagai lingkaran
hermeneutis, dimana makna senantiasa berubah. Sikap semacam ini hanya sesuai
untuk Bibel, yang telah mengalami gonta-ganti bahasa (dari Hebrew dan Syriac ke
Greek, lalu Latin) dan memuat banyak perubahan serta kesalahan redaksi (textual
corruption and scribal errors). Tetapi tidak untuk al-Qur’an yang jelas
kesahihan proses transmisinya dari zaman ke zaman.
Hermeneutika
menghendaki pelakunya untuk menganut relativisme epistemologis. Tidak ada tafsir
yang mutlak benar, semuanya relatif. Yang benar menurut seseorang, boleh jadi
salah menurut orang lain. Kebenaran terikat dan bergantung pada konteks (zaman
dan tempat) tertentu. Selain mengaburkan dan menolak kebenaran, faham ini
juga akan melahirkan mufassir-mufassir palsu dan pemikir-pemikir yang tidak
terkendali (liar).
Dampak penggunaan metode hermeneutika terhadap
pemikiran Islam sudah sangat mencolok di Indonesia. Misalnya, pemikiran tentang
tidak boleh adanya truth claim (klaim kebenaran) dari satu agama tertentu. Paham
ini disebarkan secara meluas. Pada 1 Maret 2004 lalu, dalam sebuah seminar di
Universitas Muhammadiyah Surakarta, seorang profesor juga mengajukan gagasan
tentang tidak bolehnya kaum Muslim melakukan truth claim. Sebab, hanya Allah
yang tahu kebanaran. (Lebih jelasnya, silahkan membaca di bagian lampiran buku
ini).
Itulah bahaya pemompaan “ilmu tafsir” untuk Bible namun diajarkan
di perguruan-perguruan tinggi Islam untuk menafsiri Al-Qur’an, yang tentu saja
sejalan dengan program pemurtadan dan kristenisasi.
Pemurtadan dan
kristenisasi digencarkan bukan semata-mata mengiming-imingi harta dan semacamnya
kepada Muslimin agar masuk Kristen, namun telah menempuh berbagai cara dan lebih
canggih ketimbang cara Snouck Hurgronje yang mengkristenkan Muslimin Nusantara
dengan cara “membelandakan”, yakni mengarahkan pribumi dengan budaya Belanda
agar kebelanda-belandaan, nantinya mereka akan jadi Kristen
sendiri.
Sekarang ini cara konvensional (mengiming-imingi supermie,
indomie dan semacamnya) plus teori Souck Hurgronje masih dijalankan, dan telah
ditingkatkan menjadi bentuk iming-iming dana kepada para tokoh Islam serta
lembaga-lembaganya untuk menjalankan misi pemurtadan, kristenisasi, dan
perusakan Islam. Sehingga cara-cara kristenisasi model lama itu dipadukan, lalu
dimodivikasi, jadilah kristenisasi, pemurtadan, dan penjauhan umat dari Islam
secara sistematis. Yaitu dana-dana yang tadinya untuk disebarkan kepada
masyarakat umum Muslimin calon-calon korban, kini diubah sistemnya agar lebih
efektif, yaitu dikumpulkan jadi satu, diberikan kepada tokoh-tokoh Islam plus
lembaga-lembaganya, lalu disetir agar para tokoh beserta lembaga-lembaganya itu
untuk melancarkan misi kristenisasi, pemurtadan, dan penjauhan umat dari Islam
secara sistematis. Paket-paket dana itu untuk upah jasa pemasaran paket materi
perusakan Islam, pemurtadan, dan kristenisasi yang terancang rapi.
Mengaburkan Islam dengan
Pendekatan ala Kristen
Kalau Snouck
Hurgronje hanya menyebut secara garis besar yaitu kristenisasi lewat budaya
“pembelandaan”, maka rancangan Snouck itu telah dikembangkan dengan paket-paket
yang telah disistematisasi dalam perusakan Islam dan pengaburan pemahaman Islam
serta pendekatan model Kristen. Hingga pembahasan para antek pemurtadan dan
kristenisasi yang masih menamakan diri sebagai Muslim itu cukup mengusung
paket-paket yang telah disiapkan pihak kafir pendana. Di antaranya:
1.
Pengubahan kurikulum di perguruan-perguruan tinggi Islam dari mata kuliah yang
akan membentuk pemahaman Islam secara manhaj (metode pemahaman) yang selamat
yaitu manhaj salafush shalih (generasi awal Islam: sahabat Nabi saw, tabi’in dan
tabi’it tabi’in) diganti dengan kurikulum yang landasannya bukan Al-Qur’an dan
As-Sunnah lagi, namun hanya pemikiran-pemikiran dan peradaban-peradaban, entah
benar entah salah. Dengan dialihkan seperti itu maka tujuannya untuk mengalihkan
pemahaman Islam kepada pemahaman kekafiran, yaitu menganggap bahwa agama apa
saja benar, bukan hanya Islam yang benar. Bahkan tidak boleh menganggap bahwa
hanya Islam lah yang benar. Itulah pemahaman pluralisme agama, menyamakan semua
agama, yang menurut Islam adalah faham kekafiran, dan orangnya jadi kafir alias
murtad, kelak menjadi penghuni neraka selama-lamanya, abadi.
2.
Pengajaran hermeneutika, metodologi pemahaman/penafsiran teks Bible, dipompakan
di perguruan-perguruan tinggi Islam, agar Al-Qur’an tidak lagi diyakini sebagai
kalamullah (firman Allah) namun sebagai teks biasa karangan Nabi Muhammad saw,
dan boleh ditafsirkan oleh siapa saja, dan tidak ada makna baku. Akibatnya,
Islam tidak difahami sebagai agama wahyu yang murni dari Allah SWT, hingga sama
saja dengan agama-agama lain, sampai agama yang jelas-jelas menentang Allah
SWT.
3. Mencerai beraikan aqidah Islam, syari’ah atau hukum-hukumnya
dengan aneka cara, di antaranya Islam dibatasi dengan waktu dan tempat, sehingga
Islam di zaman sekarang ditafsirkan dengan ditarik-tarik ke arah kondisi dan
situasi sekarang. Akibatnya, banyak hal dalam Islam yang dianggap tidak berlaku
lagi, misalnya jilbab pakaian kaum Muslimah dan sebagainya, bahkan haramnya
menikahi orang musyrik pun dianggap tidak berlaku. Ini bentuk kekafiran yang
nyata menentang.
4. Mengkotakkan Islam hingga tidak perlu dipakai dalam
kehidupan, dengan memunculkan aturan-aturan baru model sekuler, hingga yang
dipakai adalah yang sekluer. Misalnya, demokrasi, gender, feminisme, humanisme,
masalah keadilan model sekuler dan hak asasi manusia serta politik model
sekuler. Akibatnya, Islam tidak diberi ruang lagi, bahkan dicurigai sebagai
merusak atau melanggar hak asasi manusia, merusak demokrasi. Sehingga
larangan-larangan Islam misalnya larangan berzina dan homoseks yang telah jelas
hukuman-hukumannya pun dicela dan dianggap melanggar hak asasi manusia. Dalam
kasus semacam ini, hak asasi manusia dan demokrasi telah dipertuhankan atau jadi
thaghut yang dianggap cukup ampuh untuk memberangus Islam.
5. Dengan
berbagai jalan yang merusak Islam itu, maka para tokoh Islam (sewaan kafirin)
yang melancarkan perusakan Islam dengan menjadi agen-agen missionaries dan
imperialis/ penjajah model baru itu menangguk dana dari kafirin dan kemungkinan
bisa mulus dalam menduduki jabatan di masyarakat atau bahkan kemungkinan di
pemerintahan. Dari sana mereka menyebarkan pendapat-pendapat yang merusak Islam,
memurtadkan, dan memuluskan jalan kristenisasi secara leluasa dikutip dan
disebarkan oleh aneka media massa, lebih-lebih media massa yang juga disewa
kafirin untuk merusak Islam dan misi pemurtadan serta kristenisasi.
6.
Para tokoh bahkan ulama dan cendekiawan yang sudah bisa disewa untuk merusak
Islam itu tentu mempersilakan pemurtadan dan kristenisasi, bahkan tidak sedikit
yang nyambi ngobyek ke pendeta-pendeta (atau disewa pendeta) untuk memuluskan
kristenisasi, contohnya memberi kata pengantar buku-buku pendeta, khutbah/
pidato di gereja-gereja, menghadiri upacara-upacara natalan di gereja dan
sebagainya.
7. Merekayasa para tokoh Islam yang masih istiqomah/
kosnisten dengan Islam yang manhajnya sesuai manhaj salafus shalih untuk
dipecundangi, bahkan dipenjarakan dan dikucilkan serta diberi cap-cap buruk
misalnya sebagai teroris, ekstrimis, fundamentalis, kolot dan sebagainya. Hingga
umat Islam agar menjauh dari tokoh Islam dan ulama yang istiqomah dalam
Islamnya, supaya umat tidak tahu Islam yang benar, dan tidak ada ghirah
Islamiyah lagi, sehingga pemurtadan agar lebih lancar dan kristenisasi tak
terhalang.
8. Mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah, baik pusat
maupun daerah-daerah yang diperkirakan akan kondusif dalam penyiaran Islam yang
benar atau tidak terganggunya Islam. Misalnya ada larangan minuman keras begitu
saja, maka antek-antek pemurtadan dan kristenisasi itu akan melancarkan kritik
yang setajam-tajamnya, sambil menguraikan ratapan atas menganggurnya sekian juta
orang akibat tidak beredarnya minuman keras. Ini sangat berbalikan dengan
hal-hal yang berbau penerapan Islam (bukan larangan) misalnya aturan memakai
pakaian muslimah yang menutup aurat di Aceh, maka para antek penjajah modern
yang pro kristenisasi itu akan mengkritik sejadi-jadinya.
Penjajahan
model baru yang menggilas Islam ini lebih dahsyat bahayanya dibanding sekadar
penjajahan fisik walaupun berlangsung 3,5 abad. Karena, di zaman penjajahan
Belanda selama 3,5 abad belum ada orang yang mengaku Islam lantas mengatakan
bahwa Al-Qur’an itu diragukan kemurniannya. Namun, penjajahan model kini dalam
rangka pemurtadan dan kristenisasi serta penjauhan Islam dari umatnya ini telah
lebih jauh dan sangat- sangat jauh perusakannya terhadap Islam. Islam
diacak-acak, kristenisasi dan pemurtadan diberi jalan secara bergotong royong
antar para antek yang mengais-ngais dana dari kafirin. Mereka pakai baju Islam
dan lembaga Islam, namun sebenarnya lebih berbahaya dibanding para pendeta dan
misionaris yang paling jago yakni Snouck Hurgronje dan Van der Plash. Kini telah
bermunculan Snouck-Snouck dan Van der Plas-Van der Plash baru berkulit sawo
matang, tidak berkulit putih model Belanda, yang lebih sangat berbahaya. Dalam
sejarahnya, kalau disebut Van der Plash, orientalis Belanda di Jawa, orang
langsung punya anggapan bahwa dia itu adalah syetan. Namun anehnya, kini Van der
Plash-Van der Plash baru belum dicap sebagai syetan. Memang tempo-tempo sudah
ada yang dijuluki Iblis, namun penyebutan itu baru terbatas di forum-forum
tertentu.
Perusakan Islam secara sistematis itu telah jelas, di antara
jalan utamanya adalah jalur pendidikan, dengan mengubah kurikulum pendidikan
Islam ke arah sekuler dan pluralisme agama seperti uraian di atas. Walaupun
hasilnya sudah sangat merusak Islam, namun Amerika masih belum puas. Mereka
masih mengintervensi pendidikan Islam di Indonesia, hingga pesantren-pesantren
pun dikucuri dana 157 juta dolar untuk mengubah kurikulumnya, lewat Departemen
Agama RI. Maka KH Ahmad Khalil Ridwan dari BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok
Pesantren Indonesia), mengatakan, “Saya serukan kepada para kiai pesantren agara
tidak mau menerima duit Amerika lewat Departemen Agama Rp50 juta kalau disuruh
mengubah kurikulum pesantren model mereka.”
Adanya semacam reaksi dari
umat Islam itu, kemudian tampaknya tidak menyurutkan Amerika dan kafirin
lainnya, bahkan akan benar-benar dipompakan pengubahan kurikulum
pesantren-pesantren di Indonesia itu. Hingga tegas-tegas dikomandokan lagi oleh
Amerika Juni 2004, dalam mengobok-obok Islam lewat pendidikan Islam, yakni
mengubah kurikulum menurut selera kafir mereka, dengan dalih memberantas apa
yang mereka sebut terorisme.
Radio BBC memberitakan, Menteri Pertahanan
Amerika Donald Rumsfeld mendesak negara-negara Asia untuk terus melanjutkan
upaya mencabut apa yang mereka sebut akar terorisme. Dalam konperensi keamanan
di Singapura, Rumsfeld mengatakan satu hal yang penting adalah mempengaruhi anak
anak muda. Ia menyebutkan tentang pesantren, yang menurutnya harus diberikan
dana untuk mengajarkan pelajaran lain dan bukannya terorisme. (BBC London, 5/6
2004). Setelah Amerika dan Barat telah merasa sukses menggarap perguruan
tinggi Islam di Indonesia sesuai dengan misi sekuler dan anti Islamnya, dan
bahkan hasilnya sudah tampak nyata sebagaimana uraian di atas mengenai perusakan
Islam, pemurtadan dan kristenisasi yang dilancarkan oleh antek-antek kafirin di
antaranya para sarjana keluaran perguruan tinggi Islam, ternyata Amerika masih
kurang puas. Lantas pesantren menjadi bidikan utama untuk dijadikan jalan utama
dalam mengubah pemahaman Islam ke arah sekuler, pluralisme agama, pemurtadan,
dan kristenisasi.
Benteng pertahanan Islam adalah pesantren-pesantren.
Kalau pesantren sudah diobok-obok untuk dijadikan agen pemurtadan, pensekuleran,
kristenisasi, dan perusakan Islam, maka sungguh akan seperti fungsi masjid
dhiror buatan kaum munafiqin di Madinah zaman Nabi Muhammad saw yang langsung
Allah perintahkan untuk dihancurkan. Maka Nabi saw mengutus sahabatnya untuk
membakarnya sampai ludes.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam sudah banyak
yang dialih fungsikan sebagai masjid-masjid dhiror untuk mencelakakan Islam.
Lantas pesantren-pesantren pun akan dimasjid dhirorkan pula. Betapa ngerinya
kalau umat Islam ini nanti di bawah asuhan dan bahkan kungkungan para pengelola
masjid-masjid dhiror di bawah komando kafirin tingkat dunia.
Sebelum
masalah sangat berat itu terjadi, maka jalan yang mesti ditempuh umat Islam yang
masih istiqomah adalah menyelamatkan lembaga-lembaga pendidikan Islam dari
system dhiror buatan kafirin. Caranya, mesti dikembalikanlah system pendidikan
Islam, (lebih-lebih perguruan tinggi Islam wabil khusus program S2 dan S3) ke
kurikulum pendidikan Islam yang benar, system pendidikan Islam yang benar. Para
Ulama dan pendidik Muslim perlu merumuskan dan merancang kembali kurikulum
pendidikan Islam yang benar, yang jauh dari obok-obokan kaum kafirin. Yaitu
kurikulum pendidikan Islam yang melandaskan Islam pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
dengan manhaj (metode pemahaman) salafus shalih, yaitu generasi terbaik Islam,
tak lain adalah generasi bimbingan Rasul saw dan bimbingan wahyu, yakni generasi
sahabat Nabi saw yang diikuti para tabi’in dan tabi’it tabi’in. Semua ajaran
Islam yang difahami dan diamalkan oleh tiga generasi awal itu sudah diwarisi
oleh para ulama yang terpercaya dan telah dibukukan secara sistematis, hingga
masih utuh sampai kini, dan bisa dirujuk, mana yang shahih (benar) dan mana yang
tidak. Pendidikan Islam dengan pemahaman yang selamat yaitu pemahaman salafus
shalih itulah benteng sebenarnya bagi Islam. Maka pengajaran Islam yang benar
itu harus dilaksanakan di seluruh kalangan umat Islam, yaitu di seluruh lembaga
pendidikan Islam, baik perguruan tinggi Islam, perguruan menengah, maupun
madrasah ibtidaiyah, pesantren-pesantren dan bahkan pengajian-pengajian di
masjid-masjid dan majelis-majelis ta’lim.
Kalau kelak umat Islam telah
faham Islam dengan pemahaman yang benar, maka insya Allah cap-cap buruk atas
orang-orang yang jadi agen pengkafiran, pemurtadan, kristenisasi, sekulerisasi,
dan perusakan agama itupun akan melekat pada mereka dengan sendirinya. Sehingga
dana bermiliar-miliar dari kafirin yang telah dikorbankan untuk pemurtadan dan
kristenisasi serta penjauhan Islam dari umatnya itu akan muspra sia-sia, sedang
para penangguk dana itupun akan mati dengan mendapatkan laknat serta kutukan
dari Allah SWT, para malaikat, ulama yang shalih, dan umat Islam pada umumnya.
Allah akan membalikkan tipu daya mereka kepada mereka sendiri, dan
karena yang dirusak itu adalah agama Allah, maka Dia lah yang akan membalas
langsung kejahatan mereka. Itu sesuai dengan firman Allah
SWT:
Orang-orang kafir itu
membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS Ali Imran:
54).
Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya
meskipun orang-orang kafir benci. (QS As-Shaff:
8).
Kerja keras mereka
siang malam demi menangguk dolar dari kafirin dan menipu umat Islam itu tidak
jauh dari kecaman Allah SWT terhadap kaum munafiqin:
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS Al-Baqarah; 9).
Nabi Muhammad saw telah memperingatkan dalam
hadits:
Diriwayatkan dari Ali r.a, ia berkata: Aku pernah
mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Pada akhir zaman akan muncul kaum yang muda
usia dan lemah akalnya. Mereka berkata-kata seolah-olah mereka adalah manusia
yang terbaik. Mereka membaca al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka.
Mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah menembusi binatang buruan.
Apabila kamu bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka karena sesungguhnya,
membunuh mereka ada pahalanya di sisi Allah pada Hari Kiamat . (HR Muttafaq
‘alaih).
Celakalah para perusak Islam,
antek pemurtadan dan kristeniasi. Dan berbahagialah orang yang melawan
upaya-upaya jahat itu dengan ikhlas demi meninggikan kalimah Allah sebagai
kalimah yang tinggi. Semua itu membutuhkan ilmu, kesabaran, dan kecermatan yang
tinggi. Kalau perjuangan ini sungguh-sungguh, maka sesuai dengan yang Allah
janjikan:
Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik. (QS Al-Ankabut: 69).
Mudah-mudahan umat Islam
ini menjadi pejuang-pejuang yang telah dijanjikan Allah untuk ditunjukkan
jalan-jalan-Nya, yaitu jalan kebenaran yang sejati, yang kini sedang dirusak
secara sistematis dan beramai-ramai oleh antek-antek kafirin seperti yang
diuraikan dalam buku ini. Hanya kepadaMu ya Allah, kami menyembah, dan hanya
kepadaMu kami memohon pertolongan. Tolonglah hambaMu dari bahaya para
pengkhianat agamaMu yang sekarang sedang marak merusak Islam
ini.Amien.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar